Mandau adalah salah satu senjata suku Dayak
yang merupakan pusaka turun temurun dan
dianggap sebagai barang keramat atau memiliki
kesaktian.
Selain itu mandau juga merupakan
alat untuk memotong dan menebas tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya, karena
nyaris sebagian besar kehidupan seharian orang
Dayak berada di hutan, maka mandau selalu
berada dan diikatkan pada pinggang mereka.
Mandau, Senjata Sakti Pusaka Suku Dayak. Suku
Dayak adalah suku yang gemar sekali
berpetualang, sehingga untuk memberi
kenyamanan dalam perjalanannya seorang
putra dayak akan melengkapi dirinya dengan
senjata. Salah satu senjata yang pasti dibawa
dalam sebuah perantauan adalah mandau.
Mandau, Senjata Sakti Pusaka Suku Dayak.
Kalimantan adalah salah satu dari 5 pulau besar
yang ada di Indonesia. Kalimantan merupakan
“daerah asal” suku Dayak. Di kalangan orang
Dayak sendiri satu dengan lainnya menumbuh-
kembangkan kebudayaan tersendiri. Dengan
perkataan lain, kebudayaan yang ditumbuh-
kembangkan oleh Dayak-Iban tidak sama persis
dengan kebudayaan yang ditumbuh-
kembangkan Dayak-Punan dan seterusnya.
Namun demikian, satu dengan lainnya mengenal
atau memiliki senjata khas Dayak yang disebut
sebagai mandau. Mandau, Senjata Sakti Pusaka
Suku Dayak. Dalam kehidupan sehari-hari
senjata ini tidak lepas dari pemiliknya. Artinya,
kemanapun ia pergi mandau selalu dibawanya
karena mandau juga berfungsi sebagai simbol
kehormatan dan jatidiri. Mandau, Senjata Sakti
Pusaka Suku Dayak.
Mandau, Senjata Sakti Pusaka Suku Dayak ini
dipercayai memiliki tingkat-tingkat kampuhan
atau kesaktian. Kesaktian Mandau ini tidak hanya
diperoleh dari proses pembuatannya yang
melalui ritual-ritual tertentu, tetapi juga
diperoleh dari pengayauan (pemenggalan kepala
lawan-red). Semakin banyak orang yang berhasil
di-kayau, mandau itu semakin sakti. Sebagian
rambut kepala yang berhasil dikayau biasanya
digunakan untuk menghias gagang mandaunya.
Mereka percaya bahwa roh orang yang mati
karena dikayau akan mendiami mandau
sehingga mandau tersebut menjadi sakti.
Bilah mandau terbuat dari lempengan besi yang
ditempa hingga berbentuk pipih-panjang dan
berujung runcing. Salah satu sisi mata bilahnya
diasah tajam, sedangkan sisi lainnya dibiarkan
sedikit tebal dan tumpul. Beberapa jenis bahan
yang dapat digunakan untuk membuat mandau,
yaitu: besi montallat, besi matikei, dan besi baja
yang diambil dari per mobil, bilah gergaji mesin,
cakram kendaraan, dan lain sebagainya.
Menurut cerita masyarakat dayak, mandau yang
paling baik mutunya adalah yang dibuat dari
batu gunung yang dilebur khusus sehingga
besinya sangat kuat dan tajam serta hiasannya
diberi sentuhan emas, perak, atau tembaga.
Mandau jenis ini hanya dibuat oleh orang-orang
tertentu.
Sedangkan Gagang atau hulu mandau terbuat
dari tanduk rusa yang diukir menyerupai kepala
burung. Seluruh permukaan gagangnya diukir
dengan berbagai motif seperti: kepala naga,
paruh burung, pilin, dan kait. Pada ujung gagang
ada pula yang diberi hiasan berupa bulu
binatang atau rambut manusia. Bentuk dan
ukiran pada gagang mandau ini dapat
membedakan tempat asal mandau dibuat, suku,
serta status sosial pemiliknya.
Sementara Sarung mandau atau yang biasa
disebut kumpang biasanya terbuat dari
lempengan kayu tipis. Bagian atas dilapisi tulang
berbentuk gelang. Bagian tengah dan bawah
dililit dengan anyaman rotan sebagai penguat
apitan. Sebagai hiasan, biasanya ditempatkan
bulu burung baliang, burung tanyaku, manik-
manik dan terkadang juga diselipkan jimat.
Selain itu, mandau juga dilengkapi dengan
sebilah pisau kecil bersarung kulit yang diikat
menempel pada sisi sarung dan tali pinggang
dari anyaman rotan.
Jika dicermati secara seksama, di dalam
pembuatan mandau, mengandung nilai-nilai
yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai
acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi
kehidupan masyarakat. Nilai-nilai itu antara lain:
keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan
kesabaran. Nilai keindahan tercermin dari
bentuk-bentuk mandau yang dibuat sedemikian
rupa, sehingga memancarkan keindahan.
Sedangkan, nilai ketekunan, ketelitian, dan
kesabaran tercermin dari proses pembuatannya
yang memerlukan ketekunan, ketelitian, dan
kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak
mungkin akan terwujud sebuah mandau yang
indah dan sarat makna.
Kamus bahasa dayak ma'anyan
Senin, 20 Juli 2015
Minggu, 10 Mei 2015
PUTRI MAYANG
PUTRI MAYANG
Pada abad ke 14 – 15 , di wilayah Barito (sekarang
Kab. Barito Timur) ada keturunan dayak yang
terbagi dari Dayak Kampung sepuluh , Dayak Benua
Lima, Dayak Lawangan, dan Dayak Paju Epat.
Diantara keturunan Dayak ada garis keturunan
yang disebut Uria atau oring kaya / terhormat.
Garis Uria tersebut tidak jatuh pada keturunan
Dayak Kampung sepuluh, Dayak Lawangan, Dayak
Paju Epat melainkan hanya pada Dayak benua lima.
Keturunan Uria terdiri dari dua orang Dayak Benua
lima yang bernama Uria Mapas Negara dan Uria
Rinyam.
Keduanya hidup akur, rukun dan damai hingga
suatu hari terjadi perselisihan paham kepercayaan
masalah anutan dalam adat – adat Kaharingan.
Sehingga, Uria Rinyam bermukin diwilayah
kampung Dayak Paju Sepuluh (Sekarang Desa Dayu,
kecamatan Karusen Janang) dengan membawa adat
istiadat kepercayaan walaupun ada beberapa
benda pusaka yang sama dan kesamaan adat
seperti Abeh dan Batu Maruken.
Setelah tumbuh besar di kampung Dayu, Uria
Rinyam yang memiliki wajah rupawan merantau
dan bekerja di Kerajaan Banjar di Kayu Tangi
(Sekarang Kota Banjarmasin, Provinsi Kalsel).
Akhirnya, Uria Rinyam dipercayakan Raja Banjar,
Sultan Suriansyah sebagai pembantu/pengawal
kerajaan. Segala kepengurusan di Kerajaan Banjar
dipercayakan kepada Uria Rinyam. Ini karena
pegabdian Uria rinyam yang setia kepada Raja
Banjar.
Namun, kepercayaan Raja Banjar yang memiliki
panggilan Raja Mata Habang (Raja Mata Merah)
kepada Uria Rinyam buyar seketika ketika
mengetahui Isterinya memiliki hubungan khusus
dengan Uria Rinyam.
Hubungan Uria Rinyam dengan sang isteri raja
Banjar itu terjadi karena ketampanan wajah Uria
Rinyam yang membuat takjub. Sedangkan Uria
Rinyam sendiri tak bisa menahan diri karena sering
datangnya godaan – godaan dari Isteri Raja Mata
Habang.
Sultan Suriansyah dikenal sebagai Raja yang sering
bepergian ke berbagai wilayah Kerajaan di hulu
Barito (sekarang Muara Teweh Kabupaten Barito
Urata dan Puruk Cahu, Kab. Murung Raya) untuk
urusan kerajaan. Karena sering bepergian,
terciptalah kesempatan antara Uria Rinyam dan
Ratu Galuh Banjar untuk sering bertemu berdua
sehingga membuat hubungan kian erat.
(hubungan yang kian erat tersebut membuat sang
juru kunci tidak bisa menceritakan dan demikian
pula dengan si penulis yang tidak bisa
menceritakannya kembali dalam bentuk tulisan)
Hingga hari, Uria Rinyam mendapat kabar bahwa
Raja Banjar, Sultan Suriansyah pulang dari Puruk
Cahu ke Istana Banjar. Mendengar kepulangan
sang raja Banjar, Uria Rinyam langsung bertolak
pulang ke Dayu, tempat dia tumbuh dan besar.
Sesampainya di Sungai Barito wilayah Hulu
Marabahan (sekarang Kabupaten Marabahan,
Kalsel) Uria Rinyam berpapasan dengan Sultan
Suriansyah dan saling berjabat tangan.
Namun, Sang Raja Banjar menyimpan amarah
dengan Uria Rinyam. Sebab tubuh Uria rinyam
mengeluarkan aroma minyak wangi milik Ratu
Galuh Banjar yang tidak lain adalah isterinya
sendiri. Minyak wangi setambol tersebut
merupakan ciri khas dari isterinya yang biasa
dipakai di istana kerajaan dan aroma wanginya
bisa dicium dari kejauhan 3 Kilometer.
Sultan Suriansyah hanya bisa bergumam dan
bertanya-tanya didalam hati serta memendam
amarah yang cukup besar saja, ini tentunyak arena
belum adanya bukti – bukti yang kuat, bahwa ada
hubungan lain antara isterinta dengan pengawal
kepercayaannya itu.
Setibanya di Istana Banjar, sang raja akhirnya
memanggil isterinya untuk berkata dengan sejujur-
jujurnya untuk bercerita, mengapa aroma minyak
wangi Setambol yang bisa digunakan isterinya di
Istana Banjar bisa melekat di tubuh Uria Rinyam.
Walaupun sering mengelak alias ngelis, akhirnya
ratu Galuh Banjar pun bercerita dengan
kejujurannya, dan diakuinya bahwa ada hubungan
khusus dirinya dengan Uria Rinyam secara diam -
diam tanpa sang raja.
Raja Banjar pun tak elak menahan emosinya hingga
maranya kada katulungan (marahnya tak
terbendung, red) kepada isterinya hingga isterinya
diungsikan ke suatu tempat (konon kabarnya
isterinya tak diungsikan, melainkan dihukum sesuai
syariat agama Islam).
Sedangkan Uria Rinyam menerima Patok Bekaka
(sebuah patung yang memiliki lambang dengan
simbol ukiran khusus untuk tanda - tanda berisi
pesan) diminta untuk segera dan harus datang ke
Kerajaan dengan mencukur rambut karena ingin
diangkat untuk menggantikan sang Raja Banjar.
Tetapi, Uria rinyam memiliki firasat buruk. Sebelum
berangkat, Dirinya bertapa untuk mendapatkan
kabar apa yang akan terjadi. Ternyata, kabar yang
diterimanya yakni rencana pembunuhan terhadap
dirinya oleh sang raja. Uria segera melihat tali
kehidupannya, tetapi tiada ada tanda tanda
memiliki umur yang panjang.
Uria Rinyam meminta temanya sebanyak 9
(sembilan) orang untuk menemainanya ke
Kerajaan Banjar. Namun, 9 temannya tak diijinkan
masuk ke kerajaan banjar.
Sembilan orang teman teman uria rinyam diminta
untuk menginap di luar kerajaan. Namuan setelah
tiga haritak ada informasi kabar berita Uria Rinyam,
teman-temannya pergi ke kerajaan banjar untuk
menanyakan kabar dan keberadaan uria rinyam.
Hasilnya, kerajaan banjar mengatakan bahwa Uria
Rinyam sudah tak ada lagi di kerajaan dan
keberadaanannya juga tidak diketahui.
karena ada kejanggalan, kesembilan teman Uria
Rinyam akhirnya pulang ke ke kampung halaman
dan melaporkan kejadian itu kepada Kakak kandung
Uria Rinyam, Uria Mapas Negara yang tinggal di
sebuah kampung Lubuk Kajang (pinggiran sungai
terbesar kala itu) di Jaar (Kini menjadi desa Jaar ,
Kecamatan Dusun Timur).
Tidak enak mendengar kabar tentang adiknya yang
disampaikan teman- teman Uria rinyam. Uria
Mapas melakukan pertapaan dan berkomunikasi
dengan teman – teman gaibnya. Dan teman gaib
uria mapas mengatakan bahwa adiknya, Uria
Rinyam telah dibunuh oleh kerajaan Banjar dengan
kepala di pancung.
Mendengar hal tersebut, Uria Mapas melakukan
ritual untuk membalaskan dendam dengan
berperang ke kerajaan banjar.
Sebelum berangkat, Uria Mapas sempat
mengirimkan Pucuk Bekaka kepada Raja Banjar
dengan isi pesannya bahwa dirinya, Uria Mapas
kakak kandung dari Uria rinyam akan menuntut
balas dengan mahamuk (perang besar) melawan
kerajaan banjar seorang diri.
Uria Mpas berangkat membawa sepucuk Mandau
yang bernama Langsar Tewomea ( Artinya : Haus
Akan darah lapar akan daging) dan sebatang Halu
(Batang kayu penumbuk padi) pusaka dengan
mengikuti alur sungai Tabalong yang tembus ke
Sungai Banjar (Sekarang sungai Martapura) dengan
menggunakan Kumpai (Rumput ilalang) yang dirakit
menjadi sebuah perahu besar.\
Uria Mapas bertekad, dimana Kumpai yang
dinaikinya itu tertambat, di daerah itulah dirinya
memulai perang. Ternyata, kumpai yang dinaikinya
tertambat di sebuah Rawai (tempat kurungan ikan)
di daerah Hulu Marabahan (Sekarang Marabahan).
Disitulah Uria Mapas memulai amukan-nya dengan
menghabisi separuh dari warga kerajaan Bakumpai
(salah satu daerah milik kerajaan banjar).
Akhirnya, kerajaan bakumpai mengirimkan pesan
kepada kerajaan banjar bahwa warga kerajaan
bakumpai tidam mampu untuk menghadapi
amukan Uria Mapas. Tidak begitu lama , kerajaan
banjar mengirimkan pesa pula kepada kerajaan
Bakumpai dengan Patok Bekaka yang memberikan
pesan perdamaian untu Uria Mapas.
“Isi pesan yang disampaiakn kerajaan Bakumpai
dengan Uria Mapas diantaranya Raja Banjar
memberikan anaknya seorang putrid yang bernama
Putri Mayang Sari sebagai pengganti adiknya yang
tewas di tangan kerajaan banjar” kata Seto Lansai,
Juru Kunci makam Putri Mayang.
Uria Mapas menerima perdamaian dari raja banjar
dan hidup bersama dengan putri mayang sari
dengan hidup kakak beradik di Lubuk Kajang di
desa Jaar. Uria mapas sangat menyayangi adik
perempuannya yang cantik dengan penuh kasih
sayang.
Hingga suatu hari, putrid mayang mandi di sungai
Lubuk Kajang dan kemudian mulai sakit – sakitan
dan meninggal dunia di tempatnya tersebut.
Putri mayang Sari meninggal pada usia 30 tahun,
dia di lahirkan di Banjar pada hari Arba (Rabu)
tahun 1585 dan wafat pada hari Arba tahun 1615.
Bersilang waktu sekita 13 tahun, Uria Mapas yang
dilahirkan pada tahun 1569 tersebut kemudian
wafat pada tahun 1628.
Menurut cerita, jelasnya Seto Lansai, Putri Mayang
Sari memiliki wjah yang cantik dan rupawan serta
memiliki rambut yang lebat dan panjang. “Menurut
kisah-kisah warga terdahulu, putrid mayang
memiliki Rambut yang panjnag, jika sang Putri
Mandi sampai di rumahnya usai mandi di sungai,
maka rambutnya masih berada di sungai tersebut”
tambah Seto.
Dijelaskan pria kelahiran tanggal 31 Desember
1935 yang menjadi juru kunci makam putrid
mayang, bahwa pejiarah yang datang kemakam
putrid mayang banyak berdatangan dari berbagai
macam daerah seperti daerah kalsel dan Kalteng,
bahkan ada pejiarah dari tanah Jawa.
Ini dikarenakan , Pejiarang yang datang dan
bernazar atau berniat dengan tulus di Makam
putrid mayang banyak terkabulkan.
Pada abad ke 14 – 15 , di wilayah Barito (sekarang
Kab. Barito Timur) ada keturunan dayak yang
terbagi dari Dayak Kampung sepuluh , Dayak Benua
Lima, Dayak Lawangan, dan Dayak Paju Epat.
Diantara keturunan Dayak ada garis keturunan
yang disebut Uria atau oring kaya / terhormat.
Garis Uria tersebut tidak jatuh pada keturunan
Dayak Kampung sepuluh, Dayak Lawangan, Dayak
Paju Epat melainkan hanya pada Dayak benua lima.
Keturunan Uria terdiri dari dua orang Dayak Benua
lima yang bernama Uria Mapas Negara dan Uria
Rinyam.
Keduanya hidup akur, rukun dan damai hingga
suatu hari terjadi perselisihan paham kepercayaan
masalah anutan dalam adat – adat Kaharingan.
Sehingga, Uria Rinyam bermukin diwilayah
kampung Dayak Paju Sepuluh (Sekarang Desa Dayu,
kecamatan Karusen Janang) dengan membawa adat
istiadat kepercayaan walaupun ada beberapa
benda pusaka yang sama dan kesamaan adat
seperti Abeh dan Batu Maruken.
Setelah tumbuh besar di kampung Dayu, Uria
Rinyam yang memiliki wajah rupawan merantau
dan bekerja di Kerajaan Banjar di Kayu Tangi
(Sekarang Kota Banjarmasin, Provinsi Kalsel).
Akhirnya, Uria Rinyam dipercayakan Raja Banjar,
Sultan Suriansyah sebagai pembantu/pengawal
kerajaan. Segala kepengurusan di Kerajaan Banjar
dipercayakan kepada Uria Rinyam. Ini karena
pegabdian Uria rinyam yang setia kepada Raja
Banjar.
Namun, kepercayaan Raja Banjar yang memiliki
panggilan Raja Mata Habang (Raja Mata Merah)
kepada Uria Rinyam buyar seketika ketika
mengetahui Isterinya memiliki hubungan khusus
dengan Uria Rinyam.
Hubungan Uria Rinyam dengan sang isteri raja
Banjar itu terjadi karena ketampanan wajah Uria
Rinyam yang membuat takjub. Sedangkan Uria
Rinyam sendiri tak bisa menahan diri karena sering
datangnya godaan – godaan dari Isteri Raja Mata
Habang.
Sultan Suriansyah dikenal sebagai Raja yang sering
bepergian ke berbagai wilayah Kerajaan di hulu
Barito (sekarang Muara Teweh Kabupaten Barito
Urata dan Puruk Cahu, Kab. Murung Raya) untuk
urusan kerajaan. Karena sering bepergian,
terciptalah kesempatan antara Uria Rinyam dan
Ratu Galuh Banjar untuk sering bertemu berdua
sehingga membuat hubungan kian erat.
(hubungan yang kian erat tersebut membuat sang
juru kunci tidak bisa menceritakan dan demikian
pula dengan si penulis yang tidak bisa
menceritakannya kembali dalam bentuk tulisan)
Hingga hari, Uria Rinyam mendapat kabar bahwa
Raja Banjar, Sultan Suriansyah pulang dari Puruk
Cahu ke Istana Banjar. Mendengar kepulangan
sang raja Banjar, Uria Rinyam langsung bertolak
pulang ke Dayu, tempat dia tumbuh dan besar.
Sesampainya di Sungai Barito wilayah Hulu
Marabahan (sekarang Kabupaten Marabahan,
Kalsel) Uria Rinyam berpapasan dengan Sultan
Suriansyah dan saling berjabat tangan.
Namun, Sang Raja Banjar menyimpan amarah
dengan Uria Rinyam. Sebab tubuh Uria rinyam
mengeluarkan aroma minyak wangi milik Ratu
Galuh Banjar yang tidak lain adalah isterinya
sendiri. Minyak wangi setambol tersebut
merupakan ciri khas dari isterinya yang biasa
dipakai di istana kerajaan dan aroma wanginya
bisa dicium dari kejauhan 3 Kilometer.
Sultan Suriansyah hanya bisa bergumam dan
bertanya-tanya didalam hati serta memendam
amarah yang cukup besar saja, ini tentunyak arena
belum adanya bukti – bukti yang kuat, bahwa ada
hubungan lain antara isterinta dengan pengawal
kepercayaannya itu.
Setibanya di Istana Banjar, sang raja akhirnya
memanggil isterinya untuk berkata dengan sejujur-
jujurnya untuk bercerita, mengapa aroma minyak
wangi Setambol yang bisa digunakan isterinya di
Istana Banjar bisa melekat di tubuh Uria Rinyam.
Walaupun sering mengelak alias ngelis, akhirnya
ratu Galuh Banjar pun bercerita dengan
kejujurannya, dan diakuinya bahwa ada hubungan
khusus dirinya dengan Uria Rinyam secara diam -
diam tanpa sang raja.
Raja Banjar pun tak elak menahan emosinya hingga
maranya kada katulungan (marahnya tak
terbendung, red) kepada isterinya hingga isterinya
diungsikan ke suatu tempat (konon kabarnya
isterinya tak diungsikan, melainkan dihukum sesuai
syariat agama Islam).
Sedangkan Uria Rinyam menerima Patok Bekaka
(sebuah patung yang memiliki lambang dengan
simbol ukiran khusus untuk tanda - tanda berisi
pesan) diminta untuk segera dan harus datang ke
Kerajaan dengan mencukur rambut karena ingin
diangkat untuk menggantikan sang Raja Banjar.
Tetapi, Uria rinyam memiliki firasat buruk. Sebelum
berangkat, Dirinya bertapa untuk mendapatkan
kabar apa yang akan terjadi. Ternyata, kabar yang
diterimanya yakni rencana pembunuhan terhadap
dirinya oleh sang raja. Uria segera melihat tali
kehidupannya, tetapi tiada ada tanda tanda
memiliki umur yang panjang.
Uria Rinyam meminta temanya sebanyak 9
(sembilan) orang untuk menemainanya ke
Kerajaan Banjar. Namun, 9 temannya tak diijinkan
masuk ke kerajaan banjar.
Sembilan orang teman teman uria rinyam diminta
untuk menginap di luar kerajaan. Namuan setelah
tiga haritak ada informasi kabar berita Uria Rinyam,
teman-temannya pergi ke kerajaan banjar untuk
menanyakan kabar dan keberadaan uria rinyam.
Hasilnya, kerajaan banjar mengatakan bahwa Uria
Rinyam sudah tak ada lagi di kerajaan dan
keberadaanannya juga tidak diketahui.
karena ada kejanggalan, kesembilan teman Uria
Rinyam akhirnya pulang ke ke kampung halaman
dan melaporkan kejadian itu kepada Kakak kandung
Uria Rinyam, Uria Mapas Negara yang tinggal di
sebuah kampung Lubuk Kajang (pinggiran sungai
terbesar kala itu) di Jaar (Kini menjadi desa Jaar ,
Kecamatan Dusun Timur).
Tidak enak mendengar kabar tentang adiknya yang
disampaikan teman- teman Uria rinyam. Uria
Mapas melakukan pertapaan dan berkomunikasi
dengan teman – teman gaibnya. Dan teman gaib
uria mapas mengatakan bahwa adiknya, Uria
Rinyam telah dibunuh oleh kerajaan Banjar dengan
kepala di pancung.
Mendengar hal tersebut, Uria Mapas melakukan
ritual untuk membalaskan dendam dengan
berperang ke kerajaan banjar.
Sebelum berangkat, Uria Mapas sempat
mengirimkan Pucuk Bekaka kepada Raja Banjar
dengan isi pesannya bahwa dirinya, Uria Mapas
kakak kandung dari Uria rinyam akan menuntut
balas dengan mahamuk (perang besar) melawan
kerajaan banjar seorang diri.
Uria Mpas berangkat membawa sepucuk Mandau
yang bernama Langsar Tewomea ( Artinya : Haus
Akan darah lapar akan daging) dan sebatang Halu
(Batang kayu penumbuk padi) pusaka dengan
mengikuti alur sungai Tabalong yang tembus ke
Sungai Banjar (Sekarang sungai Martapura) dengan
menggunakan Kumpai (Rumput ilalang) yang dirakit
menjadi sebuah perahu besar.\
Uria Mapas bertekad, dimana Kumpai yang
dinaikinya itu tertambat, di daerah itulah dirinya
memulai perang. Ternyata, kumpai yang dinaikinya
tertambat di sebuah Rawai (tempat kurungan ikan)
di daerah Hulu Marabahan (Sekarang Marabahan).
Disitulah Uria Mapas memulai amukan-nya dengan
menghabisi separuh dari warga kerajaan Bakumpai
(salah satu daerah milik kerajaan banjar).
Akhirnya, kerajaan bakumpai mengirimkan pesan
kepada kerajaan banjar bahwa warga kerajaan
bakumpai tidam mampu untuk menghadapi
amukan Uria Mapas. Tidak begitu lama , kerajaan
banjar mengirimkan pesa pula kepada kerajaan
Bakumpai dengan Patok Bekaka yang memberikan
pesan perdamaian untu Uria Mapas.
“Isi pesan yang disampaiakn kerajaan Bakumpai
dengan Uria Mapas diantaranya Raja Banjar
memberikan anaknya seorang putrid yang bernama
Putri Mayang Sari sebagai pengganti adiknya yang
tewas di tangan kerajaan banjar” kata Seto Lansai,
Juru Kunci makam Putri Mayang.
Uria Mapas menerima perdamaian dari raja banjar
dan hidup bersama dengan putri mayang sari
dengan hidup kakak beradik di Lubuk Kajang di
desa Jaar. Uria mapas sangat menyayangi adik
perempuannya yang cantik dengan penuh kasih
sayang.
Hingga suatu hari, putrid mayang mandi di sungai
Lubuk Kajang dan kemudian mulai sakit – sakitan
dan meninggal dunia di tempatnya tersebut.
Putri mayang Sari meninggal pada usia 30 tahun,
dia di lahirkan di Banjar pada hari Arba (Rabu)
tahun 1585 dan wafat pada hari Arba tahun 1615.
Bersilang waktu sekita 13 tahun, Uria Mapas yang
dilahirkan pada tahun 1569 tersebut kemudian
wafat pada tahun 1628.
Menurut cerita, jelasnya Seto Lansai, Putri Mayang
Sari memiliki wjah yang cantik dan rupawan serta
memiliki rambut yang lebat dan panjang. “Menurut
kisah-kisah warga terdahulu, putrid mayang
memiliki Rambut yang panjnag, jika sang Putri
Mandi sampai di rumahnya usai mandi di sungai,
maka rambutnya masih berada di sungai tersebut”
tambah Seto.
Dijelaskan pria kelahiran tanggal 31 Desember
1935 yang menjadi juru kunci makam putrid
mayang, bahwa pejiarah yang datang kemakam
putrid mayang banyak berdatangan dari berbagai
macam daerah seperti daerah kalsel dan Kalteng,
bahkan ada pejiarah dari tanah Jawa.
Ini dikarenakan , Pejiarang yang datang dan
bernazar atau berniat dengan tulus di Makam
putrid mayang banyak terkabulkan.
ASAL MULA DANAU MALAWEN
Asal Mula Danau Malawen
Danau Malawen adalah sebuah danau yang terletak di
Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah,
Indonesia. Menurut cerita yang beredar di kalangan
masyarakat setempat, danau yang di tepiannya
terdapat beragam jenis anggrek ini dahulu merupakan
sebuah aliran sungai yang di dalamnya hidup berbagai
jenis ikan. Namun karena terjadi peristiwa yang
mengerikan, sungai itu berubah menjadi danau.
Peristiwa apakah yang menyebabkan sungai itu
berubah menjadi danau? Kisahnya dapat Anda ikuti
dalam cerita Asal Mula Danau Malawen berikut ini.
* * *
Alkisah, di tepi sebuah hutan di daerah Kalimantan
Tengah, Indonesia, hidup sepasang suami-istri miskin.
Meskipun hidup serba pas-pasan, mereka senantiasa
saling menyayangi dan mencintai. Sudah sepuluh
tahun mereka berumah tangga, namun belum juga
dikaruniai seorang anak. Sepasang suami-istri tersebut
sangat merindukan kehadiran seorang buah hati
belaian jiwa untuk melengkapi keluarga mereka. Untuk
itu, hampir setiap malam mereka berdoa memohon
kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar impian tersebut
dapat menjadi kenyataan.
Pada suatu malam, usai memanjatkan doa, sepasang
suami istri pergi beristirahat. Malam itu, sang Istri
bermimpi didatangi oleh seorang lelaki tua.
“Jika kalian menginginkan seorang keturunan, kalian
harus rela pergi ke hutan untuk bertapa,” ujar lelaki
tua dalam mimpinya itu.
Baru saja sang Istri akan menanyakan sesuatu, lelaki
tua itu keburu hilang dari dalam mimpinya. Keesokan
harinya, sang Istri pun menceritakan perihal mimpinya
tersebut kepada suaminya.
“Bang! Benarkah yang dikatakan kakek itu?” tanya sang
Istri.
“Entahlah, Dik! Tapi, barangkali ini merupakan
petunjuk untuk kita mendapatkan keturunan,” jawab
sang Suami.
‘Lalu, apa yang harus kita lakukan, Bang! Apakah kita
harus melaksanakan petunjuk kakek itu?” sang Istri
kembali bertanya.
“Iya, Istriku! Kita harus mencoba segala macam usaha.
Siapa tahu apa yang dikatakan kakek itu benar,” jawab
suaminya.
Keesokan harinya, usai menyiapkan bekal seadanya,
sepasang suami-istri itu pun pergi ke sebuah hutan
yang letaknya cukup jauh. Setelah setengah hari
berjalan, sampailah mereka di sebuah hutan yang
sangat lebat dan sunyi. Mereka pun membangun
sebuah gubuk kecil untuk tempat bertapa.
Ketika hari mulai gelap, sepasang suami-istri itu pun
memulai pertapaan mereka. Keduanya duduk bersila
sambil memejamkan mata dan memusatkan
konsentrasi kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Sudah
berminggu-minggu mereka bertapa, namun belum juga
memperoleh tanda-tanda maupun petunjuk. Meskipun
harus menahan rasa lapar, haus dan kantuk, mereka
tetap melanjutkan pertapaan hingga berbulan-bulan
lamanya. Sampai pada hari kesembilan puluh sembilan
pun mereka belum mendapatkan petunjuk. Rupanya,
Tuhan Yang Mahakuasa sedang menguji kesabaran
mereka.
Pada hari keseratus, kedua suami-istri itu benar-benar
sudah tidak tahan lagi menahan rasa lapar, haus dan
kantuk. Maka pada saat itulah, seorang lelaki tua
menghampiri dan berdiri di belakang mereka.
“Hentikanlah pertapaan kalian! Kalian telah lulus ujian.
Tunggulah saatnya, kalian akan mendapatkan apa yang
kalian inginkan!” ujar kakek itu.
Mendengar seruan itu, sepasang suami-istri itu pun
segera menghentikan pertapaan mereka. Alangkah
terkejutnya mereka saat membuka mata dan menoleh
ke belakang. Mereka sudah tidak melihat lagi kakek
yang berseru itu. Akhirnya mereka pun memutuskan
pulang ke rumah dengan berharap usaha mereka akan
membuahkan hasil sesuai dengan yang diinginkan.
Sesampainya di rumah, suami-istri itu kembali
melakukan pekerjaan sehari-hari mereka sambil
menanti karunia dari Tuhan. Setelah melalui hari-hari
penantian, akhirnya mereka pun mendapatkan sebuah
tanda-tanda akan kehadiran si buah hati dalam
keluarga mereka. Suatu sore, sang Istri merasa
seluruh badannya tidak enak.
“Bang! Kenapa pinggangku terasa pegal-pegal dan
perutku mual-mual?” tanya sang Istri mengeluh.
“Wah, itu pertanda baik, Istriku! Itu adalah tanda-
tanda Adik hamil,” jawab sang Suami dengan wajah
berseri-seri.
“Benarkah itu, Bang?” tanya sang Istri yang tidak
mengerti hal itu, karena baru kali ini ia mengalami
masa kehamilan.
“Benar, Istriku!” jawab sang Suami.
Sejak saat itu, sang Istri selalu ingin makan buah-
buahan yang kecut dan makanan yang pedas-pedas.
Melihat keadaan istrinya itu, maka semakin yakinlah
sang Suami bahwa istrinya benar-benar sedang hamil.
“Oh, Tuhan terima kasih!” ucap sang Suami.
Usai mengucapkan syukur, sang Suami mendekati
istrinya dan mengusap-usap perut sang Istri.
“Istriku! Tidak lama lagi kita akan memiliki anak.
Jagalah baik-baik bayi yang ada di dalam perutmu ini!”
ujar sang Suami.
Waktu terus berjalan. Usia kandungan sang Istri genap
sembilan bulan, pada suatu malam sang Istri pun
melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian
diberi nama Kumbang Banaung. Alangkah senang dan
bahagianya sepasang suami-istri itu, karena anak yang
selama ini mereka idam-idamkan telah mereka
dapatkan. Mereka pun merawat dan membesarkan
Kumbang Banaung dengan penuh kasih sayang.
Ketika Kumbang Banaung berusia remaja dan sudah
mengenal baik dan buruk, mereka memberinya petuah
atau nasehat agar ia menjadi anak yang berbakti
kepada orangtua dan selalu berlaku santun serta
bertutur sopan ke mana pun pergi.
wahai anak dengarlah petuah,
kini dirimu lah besar panjang
umpama burung lah dapat terbang
umpama kayu sudah berbatang
umpama ulat lah mengenal daun
umpama serai sudah berumpun
banyak amat belum kau dapat
banyak penganyar belum kau dengar
banyak petunjuk belum kau sauk
banyak kaji belum terisi
maka sebelum engkau melangkah
terimalah petuah dengan amanah
supaya tidak tersalah langkah
supaya tidak terlanjur lidah
pakai olehmu adat merantau
di mana bumi dipijak,
di sana langit dijunjung
di mana air disauk
di sana ranting dipatah
di mana badan berlabuh,
di sana adat dipatuh
apalah adat orang menumpang:
berkata jangan sebarang-barang
berbuat jangan main belakang
adat istiadat lembaga dituang
dalam bergaul tenggang menenggang
Selain itu, sang Ayah juga mengajari Kumbang Banaung
cara berburu. Setiap hari ia mengajaknya ke hutan
untuk berburu binatang dengan menggunakan sumpit.
Seiring berjalannya waktu, Kumbang Banaung pun
tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan rupawan.
Namun, harapan kedua orangtuanya agar ia menjadi
anak yang berbakti tidak terwujud. Perilaku Kumbang
Banaung semakin hari semakin buruk. Semua petuah
dan nasehat sang Ayah tidak pernah ia hiraukan.
Pada suatu hari, sang Ayah sedang sakit keras.
Kumbang Banaung memaksa ayahnya untuk
menemaninya pergi berburu ke hutan.
“Maafkan Ayah, Anakku! Ayah tidak bisa menemanimu.
Bukankah kamu tahu sendiri kalau Ayah sekarang
sedang sakit,” kata sang Ayah dengan suara pelan.
“Benar, Anakku! Kalau pergi berburu, berangkatlah
sendiri. Biar Ibu menyiapkan segala keperluanmu,”
sahut sang Ibu.
“O iya, Anakku! Ini ada senjata pusaka untukmu.
Namanya piring malawan. Piring pusaka ini dapat
digunakan untuk keperluan apa saja,” kata sang Ayah
sambil memberikan sebuah piring kecil kepada
Kumbang Banaung.
Kumbang Banaung pun mengambil piring pusaka itu
dan menyelipkan di pinggangnya. Setelah menyiapkan
segala keperluannya, berangkatlah ia ke hutan seorang
diri. Sesampainya di hutan, ia pun memulai
perburuannya. Namun, hingga hari menjelang siang, ia
belum juga mendapatkan seekor pun binatang buruan.
Ia tidak ingin pulang ke rumah tanpa membawa hasil.
Akhirnya, ia pun memutuskan untuk melanjutkan
perburuannya dengan menyusuri hutan tersebut.
Tanpa disadarinya, ia telah berjalan jauh masuk ke
dalam hutan dan tersesat di dalamnya.
Ketika mencari jalan keluar dari hutan, ternyata
Kumbang Banaung sampai di sebuah desa bernama
Sanggu. Desa itu tampak sangat ramai dan menarik
perhatian Kumbang Banaung. Rupanya, di desa
tersebut sedang diadakan upacara adat yang
diselenggarakan oleh Kepala Desa untuk mengantarkan
masa pingitan anak gadisnya yang bernama Intan
menuju masa dewasa. Upacara adat itu diramaikan
oleh pagelaran tari. Saat ia sedang asyik menyaksikan
para gadis menari, tiba-tiba matanya tertuju kepada
wajah seorang gadis yang duduk di atas kursi di atas
panggung. Gadis itu tidak lain adalah Intan, putri
Kepala Desa Sanggu. Mata Kumbang Banaung tidak
berkedip sedikit pun melihat kecantikan wajah si
Intan.
“Wow, cantik sekali gadis itu,” kata Kumbang Banaung
dalam hati penuh takjub.
Tidak terasa, hari sudah hampir sore, Kumbang
Banaung pulang. Ia berusaha mengingat-ingat jalan
yang telah dilaluinya menuju ke rumahnya. Setelah
berjalan menyusuri jalan di hutan itu, sampailah ia di
rumah.
“Kamu dari mana, Anakku? Kenapa baru pulang?” tanya
Ibunya yang cemas menunggu kedatangannya.
Kumbang Banaung pun bercerita bahwa ia sedang
tersesat di tengah hutan. Namun, ia tidak
menceritakan kepada orangtuanya perihal
kedatangannya ke Desa Sanggu dan bertemu dengan
gadis-gadis cantik. Pada malam harinya, Kumbang
Banaung tidak bisa memejamkan matanya, karena
teringat terus pada wajah Intan.
Keesokan harinya, Kumbang Banaung berpamitan
kepada kedua orangtuanya ingin berburu ke hutan.
Namun, secara diam-diam, ia kembali lagi ke Desa
Sanggu ingin menemui si Intan. Setelah berkenalan
dan mengetahui bahwa Intan adalah gadis cantik yang
ramah dan sopan, maka ia pun jatuh hati kepadanya.
Begitu pula si Intan, ia pun tertarik dan suka kepada
Kumbang Banaung. Namun, keduanya masih
menyimpan perasaan itu di dalam hati masing-
masing.
Sejak saat itu, Kumbang Banaung sering pergi ke Desa
Sanggu untuk menemui Intan. Namun tanpa disadari,
gerak-geriknya diawasi dan menjadi pembicaraan
penduduk setempat. Menurut mereka, perilaku
Kumbang Banaung dan Intan telah melanggar adat di
desa itu. Sebagai anak Kepala Desa, Intan seharusnya
memberi contoh yang baik kepada gadis-gadis
sebayanya. Oleh karena tidak ingin putrinya menjadi
bahan pembicaraan masyarakat, ayah Intan pun
menjodohkan Intan dengan seorang juragan rotan di
desa itu.
Pada suatu hari, Kumbang Banaung mengungkapkan
perasaannya kepada Intan.
“Intan, maukah Engkau menjadi kekasih, Abang?” tanya
Kumbang Banaung.
Mendengar pertanyaan itu, Intan terdiam. Hatinya
sedang diselimuti oleh perasaan bimbang. Di satu sisi,
ia suka kepada Kumbang Banaung, tapi di sisi lain ia
telah dijodohkan oleh ayahnya dengan juragan rotan.
Ia sebenarnya tidak menerima perjodohan itu, karena
juragan rotan itu telah memiliki tiga orang anak.
Namun, karena watak ayahnya sangat keras, maka ia
pun terpaksa menerimanya.
“Ma... maafkan Aku, Bang!” jawab Intan gugup.
“Ada apa Intan? Katakanlah!” desak Kumbang
Banaung.
Setelah beberapa kali didesak oleh Kumbang Banaung,
akhirnya Intan pun menceritakan keadaan yang
sebenarnya. Intan juga mengakui bahwa ia juga suka
kepadanya, namun takut dimarahi oleh ayahnya.
Mengetahui keadaan Intan tersebut, Kumbang
Banaung pun segera pulang ke rumahnya untuk
menyampaikan niatnya kepada kedua orangtuanya
agar segera melamar Intan.
“Kita ini orang miskin, Anakku! Tidak pantas melamar
anak orang kaya,” ujar sang Ayah.
“Benar kata ayahmu, Nak! Lagi pula, tidak mungkin
orangtua Intan akan menerima lamaran kita,” sahut
ibunya.
“Tidak, Ibu! Aku dan Intan saling mencintai. Dia harus
menjadi istriku,” tukas Kumbang Banaung.
“Jangan, Anakku! Urungkanlah niatmu itu! Nanti kamu
dapat malapetaka. Mulai sekarang kamu tidak boleh
menemui Intan lagi!” perintah ayahnya.
Kumbang Banaung tetap tidak menghiraukan nasehat
kedua orangtuanya. Ia tetap bersikeras ingin menikahi
Intan bagaimana pun caranya. Pada suatu malam,
suasana terang bulan, diam-diam ia pergi ke Desa
Sanggu untuk menemui Intan. Ia berniat mengajaknya
kawin lari.
“Intan, bagaimana kalau kita kawin lari saja,” bujuk
Kumbang Banaung.
“Iya Bang, aku setuju! Aku tidak mau menikah dengan
orang yang sudah mempunyai anak,” kata Intan.
Setelah melihat keadaan di sekelilingnya aman,
keduanya berjalan mengendap-endap ingin
meninggalkan desa itu. Namun baru beberapa langkah
berjalan, tiba-tiba beberapa orang warga yang sedang
meronda melihat mereka.
“Hei, lihatlah! Bukankah itu Kumbang dan Intan,” kata
salah seorang warga.
“Iya, Benar! Sepertinya si Kumbang akan membawa
lari si Intan,” imbuh seorang warga lainnya.
Menyadari niatnya diketahui oleh warga, Kumbang dan
Intan pun segera berlari ke arah sungai.
“Ayo, kita kejar mereka!” seru seorang warga.
Kumbang Banaung dan Intan pun semakin
mempercepat langkahnya untuk menyelamatkan diri.
Namun, ketika sampai di sungai, mereka tidak dapat
menyeberang.
“Bang, apa yang harus kita lakukan! Orang-orang desa
pasti akan menghukum kita,” kata Intan dengan nafas
terengah-engah.
Dalam keadaan panik, Kumbang Banaung tiba-tiba
teringat pada piring malawen pemberian ayahnya. Ia
pun segera mengambil piring pusaka itu dan
melemparkannya ke tepi sungai. Secara ajaib, piring
itu tiba-tiba berubah menjadi besar. Mereka pun
menaiki piring itu untuk menyebrangi sungai. Mereka
tertawa gembira karena merasa selamat dari kejaran
warga. Namun, ketika sampai di tengah sungai, cuaca
yang semula terang, tiba-tiba menjadi gelap gulita.
Beberapa saat berselang, hujan deras pun turun
disertai hujan deras dan angin kecang. Suara guntur
bergemuruh dan kilat menyambar-nyambar.
Gelombang air sungai pun menghatam piring malawen
yang mereka tumpangi hingga terbalik. Beberapa saat
kemudian, sungai itu pun menjelma menjadi danau.
Oleh masyarakat setempat, danau itu diberi nama
Danau Malawen. Sementara Kumbang dan Intan
menjelma menjadi dua ekor buaya putih. Konon,
sepasang buaya putih tersebut menjadi penghuni
abadi Danau Malawen.
* * *
Demikian cerita Asal Mula Danau Malawen dari daerah
Kalimantan Tengah, Indonesia. Cerita di atas tergolong
legenda yang mengandung pesan-pesan moral yang
dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-
hari. Salah satu pesan moral yang dapat dipetik dari
cerita di atas adalah akibat buruk dari sifat keras
kepala dan tidak mau mendengar nasehat orangtua.
Sifat ini tercermin pada perilaku Kumbang Banaung
dan Intan yang tidak mau mendengar dan menuruti
nasehat kedua orangtua mereka. Akibatnya, Tuhan
pun murka dan menghukum mereka menjadi dua ekor
buaya putih. Dalam kehidupan orang Melayu, sifat
keras kepala dan tidak mau mendengar nasehat
merupakan sifat tercela. Dikatakan dalam tunjuk ajar
Melayu:
kalau sifat keras kepala,
di situlah tempat beroleh bala
kalau bapa ibu engkau sanggah,
Tuhan murka, orang pun menyunggah..
Danau Malawen adalah sebuah danau yang terletak di
Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah,
Indonesia. Menurut cerita yang beredar di kalangan
masyarakat setempat, danau yang di tepiannya
terdapat beragam jenis anggrek ini dahulu merupakan
sebuah aliran sungai yang di dalamnya hidup berbagai
jenis ikan. Namun karena terjadi peristiwa yang
mengerikan, sungai itu berubah menjadi danau.
Peristiwa apakah yang menyebabkan sungai itu
berubah menjadi danau? Kisahnya dapat Anda ikuti
dalam cerita Asal Mula Danau Malawen berikut ini.
* * *
Alkisah, di tepi sebuah hutan di daerah Kalimantan
Tengah, Indonesia, hidup sepasang suami-istri miskin.
Meskipun hidup serba pas-pasan, mereka senantiasa
saling menyayangi dan mencintai. Sudah sepuluh
tahun mereka berumah tangga, namun belum juga
dikaruniai seorang anak. Sepasang suami-istri tersebut
sangat merindukan kehadiran seorang buah hati
belaian jiwa untuk melengkapi keluarga mereka. Untuk
itu, hampir setiap malam mereka berdoa memohon
kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar impian tersebut
dapat menjadi kenyataan.
Pada suatu malam, usai memanjatkan doa, sepasang
suami istri pergi beristirahat. Malam itu, sang Istri
bermimpi didatangi oleh seorang lelaki tua.
“Jika kalian menginginkan seorang keturunan, kalian
harus rela pergi ke hutan untuk bertapa,” ujar lelaki
tua dalam mimpinya itu.
Baru saja sang Istri akan menanyakan sesuatu, lelaki
tua itu keburu hilang dari dalam mimpinya. Keesokan
harinya, sang Istri pun menceritakan perihal mimpinya
tersebut kepada suaminya.
“Bang! Benarkah yang dikatakan kakek itu?” tanya sang
Istri.
“Entahlah, Dik! Tapi, barangkali ini merupakan
petunjuk untuk kita mendapatkan keturunan,” jawab
sang Suami.
‘Lalu, apa yang harus kita lakukan, Bang! Apakah kita
harus melaksanakan petunjuk kakek itu?” sang Istri
kembali bertanya.
“Iya, Istriku! Kita harus mencoba segala macam usaha.
Siapa tahu apa yang dikatakan kakek itu benar,” jawab
suaminya.
Keesokan harinya, usai menyiapkan bekal seadanya,
sepasang suami-istri itu pun pergi ke sebuah hutan
yang letaknya cukup jauh. Setelah setengah hari
berjalan, sampailah mereka di sebuah hutan yang
sangat lebat dan sunyi. Mereka pun membangun
sebuah gubuk kecil untuk tempat bertapa.
Ketika hari mulai gelap, sepasang suami-istri itu pun
memulai pertapaan mereka. Keduanya duduk bersila
sambil memejamkan mata dan memusatkan
konsentrasi kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Sudah
berminggu-minggu mereka bertapa, namun belum juga
memperoleh tanda-tanda maupun petunjuk. Meskipun
harus menahan rasa lapar, haus dan kantuk, mereka
tetap melanjutkan pertapaan hingga berbulan-bulan
lamanya. Sampai pada hari kesembilan puluh sembilan
pun mereka belum mendapatkan petunjuk. Rupanya,
Tuhan Yang Mahakuasa sedang menguji kesabaran
mereka.
Pada hari keseratus, kedua suami-istri itu benar-benar
sudah tidak tahan lagi menahan rasa lapar, haus dan
kantuk. Maka pada saat itulah, seorang lelaki tua
menghampiri dan berdiri di belakang mereka.
“Hentikanlah pertapaan kalian! Kalian telah lulus ujian.
Tunggulah saatnya, kalian akan mendapatkan apa yang
kalian inginkan!” ujar kakek itu.
Mendengar seruan itu, sepasang suami-istri itu pun
segera menghentikan pertapaan mereka. Alangkah
terkejutnya mereka saat membuka mata dan menoleh
ke belakang. Mereka sudah tidak melihat lagi kakek
yang berseru itu. Akhirnya mereka pun memutuskan
pulang ke rumah dengan berharap usaha mereka akan
membuahkan hasil sesuai dengan yang diinginkan.
Sesampainya di rumah, suami-istri itu kembali
melakukan pekerjaan sehari-hari mereka sambil
menanti karunia dari Tuhan. Setelah melalui hari-hari
penantian, akhirnya mereka pun mendapatkan sebuah
tanda-tanda akan kehadiran si buah hati dalam
keluarga mereka. Suatu sore, sang Istri merasa
seluruh badannya tidak enak.
“Bang! Kenapa pinggangku terasa pegal-pegal dan
perutku mual-mual?” tanya sang Istri mengeluh.
“Wah, itu pertanda baik, Istriku! Itu adalah tanda-
tanda Adik hamil,” jawab sang Suami dengan wajah
berseri-seri.
“Benarkah itu, Bang?” tanya sang Istri yang tidak
mengerti hal itu, karena baru kali ini ia mengalami
masa kehamilan.
“Benar, Istriku!” jawab sang Suami.
Sejak saat itu, sang Istri selalu ingin makan buah-
buahan yang kecut dan makanan yang pedas-pedas.
Melihat keadaan istrinya itu, maka semakin yakinlah
sang Suami bahwa istrinya benar-benar sedang hamil.
“Oh, Tuhan terima kasih!” ucap sang Suami.
Usai mengucapkan syukur, sang Suami mendekati
istrinya dan mengusap-usap perut sang Istri.
“Istriku! Tidak lama lagi kita akan memiliki anak.
Jagalah baik-baik bayi yang ada di dalam perutmu ini!”
ujar sang Suami.
Waktu terus berjalan. Usia kandungan sang Istri genap
sembilan bulan, pada suatu malam sang Istri pun
melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian
diberi nama Kumbang Banaung. Alangkah senang dan
bahagianya sepasang suami-istri itu, karena anak yang
selama ini mereka idam-idamkan telah mereka
dapatkan. Mereka pun merawat dan membesarkan
Kumbang Banaung dengan penuh kasih sayang.
Ketika Kumbang Banaung berusia remaja dan sudah
mengenal baik dan buruk, mereka memberinya petuah
atau nasehat agar ia menjadi anak yang berbakti
kepada orangtua dan selalu berlaku santun serta
bertutur sopan ke mana pun pergi.
wahai anak dengarlah petuah,
kini dirimu lah besar panjang
umpama burung lah dapat terbang
umpama kayu sudah berbatang
umpama ulat lah mengenal daun
umpama serai sudah berumpun
banyak amat belum kau dapat
banyak penganyar belum kau dengar
banyak petunjuk belum kau sauk
banyak kaji belum terisi
maka sebelum engkau melangkah
terimalah petuah dengan amanah
supaya tidak tersalah langkah
supaya tidak terlanjur lidah
pakai olehmu adat merantau
di mana bumi dipijak,
di sana langit dijunjung
di mana air disauk
di sana ranting dipatah
di mana badan berlabuh,
di sana adat dipatuh
apalah adat orang menumpang:
berkata jangan sebarang-barang
berbuat jangan main belakang
adat istiadat lembaga dituang
dalam bergaul tenggang menenggang
Selain itu, sang Ayah juga mengajari Kumbang Banaung
cara berburu. Setiap hari ia mengajaknya ke hutan
untuk berburu binatang dengan menggunakan sumpit.
Seiring berjalannya waktu, Kumbang Banaung pun
tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan rupawan.
Namun, harapan kedua orangtuanya agar ia menjadi
anak yang berbakti tidak terwujud. Perilaku Kumbang
Banaung semakin hari semakin buruk. Semua petuah
dan nasehat sang Ayah tidak pernah ia hiraukan.
Pada suatu hari, sang Ayah sedang sakit keras.
Kumbang Banaung memaksa ayahnya untuk
menemaninya pergi berburu ke hutan.
“Maafkan Ayah, Anakku! Ayah tidak bisa menemanimu.
Bukankah kamu tahu sendiri kalau Ayah sekarang
sedang sakit,” kata sang Ayah dengan suara pelan.
“Benar, Anakku! Kalau pergi berburu, berangkatlah
sendiri. Biar Ibu menyiapkan segala keperluanmu,”
sahut sang Ibu.
“O iya, Anakku! Ini ada senjata pusaka untukmu.
Namanya piring malawan. Piring pusaka ini dapat
digunakan untuk keperluan apa saja,” kata sang Ayah
sambil memberikan sebuah piring kecil kepada
Kumbang Banaung.
Kumbang Banaung pun mengambil piring pusaka itu
dan menyelipkan di pinggangnya. Setelah menyiapkan
segala keperluannya, berangkatlah ia ke hutan seorang
diri. Sesampainya di hutan, ia pun memulai
perburuannya. Namun, hingga hari menjelang siang, ia
belum juga mendapatkan seekor pun binatang buruan.
Ia tidak ingin pulang ke rumah tanpa membawa hasil.
Akhirnya, ia pun memutuskan untuk melanjutkan
perburuannya dengan menyusuri hutan tersebut.
Tanpa disadarinya, ia telah berjalan jauh masuk ke
dalam hutan dan tersesat di dalamnya.
Ketika mencari jalan keluar dari hutan, ternyata
Kumbang Banaung sampai di sebuah desa bernama
Sanggu. Desa itu tampak sangat ramai dan menarik
perhatian Kumbang Banaung. Rupanya, di desa
tersebut sedang diadakan upacara adat yang
diselenggarakan oleh Kepala Desa untuk mengantarkan
masa pingitan anak gadisnya yang bernama Intan
menuju masa dewasa. Upacara adat itu diramaikan
oleh pagelaran tari. Saat ia sedang asyik menyaksikan
para gadis menari, tiba-tiba matanya tertuju kepada
wajah seorang gadis yang duduk di atas kursi di atas
panggung. Gadis itu tidak lain adalah Intan, putri
Kepala Desa Sanggu. Mata Kumbang Banaung tidak
berkedip sedikit pun melihat kecantikan wajah si
Intan.
“Wow, cantik sekali gadis itu,” kata Kumbang Banaung
dalam hati penuh takjub.
Tidak terasa, hari sudah hampir sore, Kumbang
Banaung pulang. Ia berusaha mengingat-ingat jalan
yang telah dilaluinya menuju ke rumahnya. Setelah
berjalan menyusuri jalan di hutan itu, sampailah ia di
rumah.
“Kamu dari mana, Anakku? Kenapa baru pulang?” tanya
Ibunya yang cemas menunggu kedatangannya.
Kumbang Banaung pun bercerita bahwa ia sedang
tersesat di tengah hutan. Namun, ia tidak
menceritakan kepada orangtuanya perihal
kedatangannya ke Desa Sanggu dan bertemu dengan
gadis-gadis cantik. Pada malam harinya, Kumbang
Banaung tidak bisa memejamkan matanya, karena
teringat terus pada wajah Intan.
Keesokan harinya, Kumbang Banaung berpamitan
kepada kedua orangtuanya ingin berburu ke hutan.
Namun, secara diam-diam, ia kembali lagi ke Desa
Sanggu ingin menemui si Intan. Setelah berkenalan
dan mengetahui bahwa Intan adalah gadis cantik yang
ramah dan sopan, maka ia pun jatuh hati kepadanya.
Begitu pula si Intan, ia pun tertarik dan suka kepada
Kumbang Banaung. Namun, keduanya masih
menyimpan perasaan itu di dalam hati masing-
masing.
Sejak saat itu, Kumbang Banaung sering pergi ke Desa
Sanggu untuk menemui Intan. Namun tanpa disadari,
gerak-geriknya diawasi dan menjadi pembicaraan
penduduk setempat. Menurut mereka, perilaku
Kumbang Banaung dan Intan telah melanggar adat di
desa itu. Sebagai anak Kepala Desa, Intan seharusnya
memberi contoh yang baik kepada gadis-gadis
sebayanya. Oleh karena tidak ingin putrinya menjadi
bahan pembicaraan masyarakat, ayah Intan pun
menjodohkan Intan dengan seorang juragan rotan di
desa itu.
Pada suatu hari, Kumbang Banaung mengungkapkan
perasaannya kepada Intan.
“Intan, maukah Engkau menjadi kekasih, Abang?” tanya
Kumbang Banaung.
Mendengar pertanyaan itu, Intan terdiam. Hatinya
sedang diselimuti oleh perasaan bimbang. Di satu sisi,
ia suka kepada Kumbang Banaung, tapi di sisi lain ia
telah dijodohkan oleh ayahnya dengan juragan rotan.
Ia sebenarnya tidak menerima perjodohan itu, karena
juragan rotan itu telah memiliki tiga orang anak.
Namun, karena watak ayahnya sangat keras, maka ia
pun terpaksa menerimanya.
“Ma... maafkan Aku, Bang!” jawab Intan gugup.
“Ada apa Intan? Katakanlah!” desak Kumbang
Banaung.
Setelah beberapa kali didesak oleh Kumbang Banaung,
akhirnya Intan pun menceritakan keadaan yang
sebenarnya. Intan juga mengakui bahwa ia juga suka
kepadanya, namun takut dimarahi oleh ayahnya.
Mengetahui keadaan Intan tersebut, Kumbang
Banaung pun segera pulang ke rumahnya untuk
menyampaikan niatnya kepada kedua orangtuanya
agar segera melamar Intan.
“Kita ini orang miskin, Anakku! Tidak pantas melamar
anak orang kaya,” ujar sang Ayah.
“Benar kata ayahmu, Nak! Lagi pula, tidak mungkin
orangtua Intan akan menerima lamaran kita,” sahut
ibunya.
“Tidak, Ibu! Aku dan Intan saling mencintai. Dia harus
menjadi istriku,” tukas Kumbang Banaung.
“Jangan, Anakku! Urungkanlah niatmu itu! Nanti kamu
dapat malapetaka. Mulai sekarang kamu tidak boleh
menemui Intan lagi!” perintah ayahnya.
Kumbang Banaung tetap tidak menghiraukan nasehat
kedua orangtuanya. Ia tetap bersikeras ingin menikahi
Intan bagaimana pun caranya. Pada suatu malam,
suasana terang bulan, diam-diam ia pergi ke Desa
Sanggu untuk menemui Intan. Ia berniat mengajaknya
kawin lari.
“Intan, bagaimana kalau kita kawin lari saja,” bujuk
Kumbang Banaung.
“Iya Bang, aku setuju! Aku tidak mau menikah dengan
orang yang sudah mempunyai anak,” kata Intan.
Setelah melihat keadaan di sekelilingnya aman,
keduanya berjalan mengendap-endap ingin
meninggalkan desa itu. Namun baru beberapa langkah
berjalan, tiba-tiba beberapa orang warga yang sedang
meronda melihat mereka.
“Hei, lihatlah! Bukankah itu Kumbang dan Intan,” kata
salah seorang warga.
“Iya, Benar! Sepertinya si Kumbang akan membawa
lari si Intan,” imbuh seorang warga lainnya.
Menyadari niatnya diketahui oleh warga, Kumbang dan
Intan pun segera berlari ke arah sungai.
“Ayo, kita kejar mereka!” seru seorang warga.
Kumbang Banaung dan Intan pun semakin
mempercepat langkahnya untuk menyelamatkan diri.
Namun, ketika sampai di sungai, mereka tidak dapat
menyeberang.
“Bang, apa yang harus kita lakukan! Orang-orang desa
pasti akan menghukum kita,” kata Intan dengan nafas
terengah-engah.
Dalam keadaan panik, Kumbang Banaung tiba-tiba
teringat pada piring malawen pemberian ayahnya. Ia
pun segera mengambil piring pusaka itu dan
melemparkannya ke tepi sungai. Secara ajaib, piring
itu tiba-tiba berubah menjadi besar. Mereka pun
menaiki piring itu untuk menyebrangi sungai. Mereka
tertawa gembira karena merasa selamat dari kejaran
warga. Namun, ketika sampai di tengah sungai, cuaca
yang semula terang, tiba-tiba menjadi gelap gulita.
Beberapa saat berselang, hujan deras pun turun
disertai hujan deras dan angin kecang. Suara guntur
bergemuruh dan kilat menyambar-nyambar.
Gelombang air sungai pun menghatam piring malawen
yang mereka tumpangi hingga terbalik. Beberapa saat
kemudian, sungai itu pun menjelma menjadi danau.
Oleh masyarakat setempat, danau itu diberi nama
Danau Malawen. Sementara Kumbang dan Intan
menjelma menjadi dua ekor buaya putih. Konon,
sepasang buaya putih tersebut menjadi penghuni
abadi Danau Malawen.
* * *
Demikian cerita Asal Mula Danau Malawen dari daerah
Kalimantan Tengah, Indonesia. Cerita di atas tergolong
legenda yang mengandung pesan-pesan moral yang
dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-
hari. Salah satu pesan moral yang dapat dipetik dari
cerita di atas adalah akibat buruk dari sifat keras
kepala dan tidak mau mendengar nasehat orangtua.
Sifat ini tercermin pada perilaku Kumbang Banaung
dan Intan yang tidak mau mendengar dan menuruti
nasehat kedua orangtua mereka. Akibatnya, Tuhan
pun murka dan menghukum mereka menjadi dua ekor
buaya putih. Dalam kehidupan orang Melayu, sifat
keras kepala dan tidak mau mendengar nasehat
merupakan sifat tercela. Dikatakan dalam tunjuk ajar
Melayu:
kalau sifat keras kepala,
di situlah tempat beroleh bala
kalau bapa ibu engkau sanggah,
Tuhan murka, orang pun menyunggah..
Kamus Dayak Ma'anyan
KAMUS BAHASA MAANYAN / DAYAK MAANYAN DICTIONARY
Maanyan – Indonesia - English
A
Ada = Jangan = Not
Adiau = Orang yang sudah mati ( oleh orang Dayak roh orang yang sudah mati, yang hidup didunia lain) = spirit from person who passed away
Aheng = Kemauan = Willingness
Alimatek = Lintah = Lechess
Amah / ambah = Ayah = Father
Ammai = Naik / masuk = Please , come in
Amangan = Malu = Embarassing
Amau = Atas, Panjang = High, Upper / Long
Amedeh = Berak = Defecation
Ameput = Kentut – Flatuss / Fart
Ami = Beri (kan) = To give
Amini = Kencing = Miction or Pee
Amput = terikut. = ??
Amun = Kalau = If
Andrau = Hari = Day
Ang = Tidak / tak mau = No / I don’t want to
Angidadakai = Tidak Karuan, omong kosong = Chaos /Bullshit
Angkading = berbaring = Lay down
Angkeng = tersangkut = ??
Ani = Adik = Young brother/ Sister
Anipe = Ular = Snake
Anri = Dengan = With
Antahu = Anjing = Dog
Arai = Senang/ Bahagia = Happy
Ari = Jual, tiang rumah =Selling , House Pillar
Ariai = Baru saja = Not so long
Atei = Hati = Liver
B
Babulur = Tidak pakai baju = Topless
Babur = Berkelahi = Fight
Babujur= Serius = Serious
Babutuk = Ikan atau daging yang dibusukkan dan diolah jadi lauk makanan = Rotten fat fish mixed with many herbs
Badina = Disimpan utk tdk diketahui org lain = keep this secretly
Bahum = Kehendak = Willing
Bakulaling = Mata-kaki = Talus
Balai = Rumah khusus tempat berkumpul orang banyak = A place for peope who discuss everithing that relation with dayak maanyan culture
Balar = Bekas pukul, memar = Brushes / spot on the skin after somebody pounching you
Bane = bambu kecil berisi nasi ketan ( biasanya utk sesajen ) = Sticky rice cook in little bambo. Use as sacrifice in cultural ceremony
Bangat = Sakit Parah, Nakal, terlalu = Too ( Too bad , Too sick )
Bapaner = berbicara = Talking
Basurah (lih. Surah) = Bercakap-cakap, berbicara = Conversation / Chit chat
Bere = Kotor = Dirty
Budas = Sama-sekali; ("Ada budas = jangan sama sekali) = Don’t do something absolutly
Bungul = Goblok = Stupid
Budu = bodoh = Retard
Bujang = Laki - laki / Perempuan yang belum menikah = Bachelor
Bujur = Benar; Tepat = Correctly / Exactly / Right
Busu (Maanyan Banua Lima) = Om, paman yang termuda = Uncle ( Younger than your father /Mother )
Butit = Sedikit = Just a litte
Bariran = berguna = Useful
C
Cucur = Kue Cucur – Tipikal fried cake
Cuit = Burung Cuit – Bird species
D
Dainun (daganan inun) = Karena apa = What for / Cause what
Dami = Sesudah ("dami wuntung wising" = sesudah perut kenyang) = After
Darangan = Suami/ Istri kita = Our life partner , wife or husband
Daup = Ipar lelaki (dipanggil oleh laki-laki); Brother in Law
Dawari = Saudara ( sepupu sekali/duakali dst ) ( kalau saudara = pulaksanaai/biasanya satu ayah/ibu, atau panggilan kemesraan terhadap teman) = Sister or brother one blood or not , word of politeness
Daya = Karena = Because of
Dime = Lima = Five
Dipen = Gigi = Teeth
Diung = Leher = Neck
Dueh = kakak orang tua kita/kalau dueh upu=paman, dueh wawei=tante ) = Our father old brother/sister (women or men )
Dapung= tangkain tempat buah ( dapung maliti ) = Bunch / Rod
E
Ebang = Keterlaluan = Execrable
Edeh = Tai/Kotoran = Stool
Ekat = Hanya, itu saja = Just that , The only
Elah = Biarkan = Let
Elat = Sayap = Wing
Eleh = Terus, selalu = Always
Enat = Angkat = Lift it up
Enem = Enam = Six
Eput = Kentut = Flatus / Fart
Ereh = Tahi = Stool
Eyau = Ujar; "Eyau ni = Ujarnya" = His/ Her point of view / Comment
Emah=terkejut = Suprise / Shocking
F
G
Gagah = Gagah/kuat/rajin bekerja = Diligent / Strong & Diligent
Gaha = Sering, banyak = Frequently , Often
Galas = Gelas = Cup for drink
Galis = Habis = Washed of , Finish
Gamungan = Pembicaraan, percakapan = Conversation
Ganta = Datang bertamu = Please Be My Guest
Gansang= sering kali = Very Frequently
Gatah = Karet = Rubber
Gugup = Gugup = Nervous
Gaguduh = Semacam pisang goreng atau pun cempedak = Traditional cake made from banana /cempedak & flour
Gagaur=pesiar, jalan-jalan = Traveling or Looking around
Gagayap=jalan-jalan ( cenderung tanpa tujuan tertentu) = Just looking around without clear destination
Gagabau= bohong, jangan berdusta, jangan main-main = Please don’t lie . dont make fun with
Gaguel=sedikit lagi akan copot/putus, mis. gigi yang mau copot dsb
= Almost Off
H
Halus = Kecil = Little / Tiny
Hamen = Ingin, mau, cinta ( aku hamen hanyu= aku cinta padamu ) = want , like or Love ( You )
Hamian = Kapan = When
Hanang = Sakit = Hurt
Hang awe = Sejak Kapan = When
Hanien = Tadi = Just Now
Hante = Besar = Big
Hanye = Dia, ia (lk/prp) = He or She
Hanyu = Kamu, Anda = You
Haut = Sudah = After ( Luch , drink , sleep etc )
Hayu = Ayo, ya = Come on !!
Heei = Berani = Brave
Hene = banyak = Many/ Much / Lot of ( So Many / So Much )
Here = Mereka = They
Hiai = Ya, iya = Yes
Hiku = Siku = Elbow
Hindra = se- Kali, ("Ang milih hindra yena" = tidak memilih kali ini) = One time
Hingka = Dari: "Hingka awe? = Dari mana?" = From
Hingkamalem = Tadi malam = Last Night
Hingkariwe = Kemarin = Yesterday
Hiye = Siapa = Who
Hu'ai = duri = Spine
Huni = tadi = Just Now
Hurut = sisir = Comb
Huruk = ikat = Tie it up
Hurup = tukar, ganti = Exchange / Replacing
I
Ibaya = Bersama = To be with
Ijamme = Acara Adat warga Ma'anyan ( IJAMBE ) membakar tulang yang dalam kepercayaan orang Dayak untuk mengantar arwah ke surga ( semacam Ngaben di Bali ) = One type of second funeral ( dayak maanyan ) tradition
Ikebur = Berkipas = Use Fan
Ina = ini. = This
Ineh = ibu = Mother
Inun = Apa, bagaimana = How
Ipapas = Menyapu = Clean up using broom
Ipusu = Berbohong = Lie
Ira = Darah = Blood
Iru ('ru) = Itu = That
Isa = Satu ISA TAKEWAN ISA SUPAK = "walaupun kita tercerai berai tetapi kita tetap satu tujuan" = One
Isip = Kerak Nasi = Burn rice in the bottom of pot
Itak = Nenek, nini = Grand ma
Itati = Saat ini, sekarang = Today
Itetei = melalui, dengan perantaraan = Trough
Itung = Ingat = Remember
Iwaleh = Membalas = To give it back , Revenge or to fight it back
Iwan = Ipar perempuan = Sister in law
Iwek = Babi piaraan = Domestic Pig
Iya (lih. kawaiya) = anak = Kid , Children
Iyuh = Dapat, bisa = aku iyuh – I can
J
Jaka = Andai = If / wish
Jama = Tangkap = Catch
Jangut = Jenggot = Beard
Jangkau = Menjangkau = To put hand out
Jari = Jadi = To be , Become
Jipah = Jerat = Trap made from nylon or wire ( for animal )
Jukan= semacan bakul tapi pakai tali biasanya tempat membawa padi, atau sesuatu ( Traditional bag for bringin paddy )
Jukung = Perahu dayung = Little boat only for 1 or 2 person )
Juking = Kelokan Sungai = River Curve
Jumpun = Hutan = Wood or Jungle
Jumput = Menjumput, mengambil = To take , To bring
Jupe = Daun kayu bila kena sangat gatal = Jupe is Itchy Leaves
Jurang = Padi sisa tuaian = Scrap Paddy
Ju'un = Mendorong = To push
Jue = burung merak / kuau = Bird species
Junreng = bersandar, bergelayut pada teman = Clinging to
Jujung = menjunjung, membawa sesuatu di atas kepala = to bring something on the top of the head
Jurit = sudah suratan, takdir = destiny / fate
K
Kaanre (dari "kai mandre"; lih. Mandre) = Mau tidur = want to sleep
Kaayat = pagi = Morning
Kadinung = Melihat = To see
Kahaba : Mendapatkan = To find
Kahima'en = Gelar = Title
Kai = Mau, hendak ("kai babur" = mau berkelahi) = “Ready” to Fight
Kairu = begitu = see ( I see )
Kaiyuh = Mendapatkan ( To find )
Kajut = Terlalu = Too ( sweet , salty etc )
Kakah = kakek; = Grandpa
Kakihi = Tertawa = Laugh
Kakuring = Hjjau = Green
Kala = Seperti = Look Like
Kamalem = Malam = Evening
Kansip =- Kancip = ???
Kapinuu = sesungguhnya = In Real /Trully
Kapit = Bawah/Di bawah = Under
Karawah = Tolong = Help
Karengei (lih. Rengei) = Mendengar = Listen
Karewaw = Kerbau = Bull
Kariwe = Sore = Afternoon
Karereu = tergesa-gesa, mau cepat saja = In rush
Karuan = Lusa = Two day ahead
Kasungu = Kangen = Missing
Katantuluh = emua = All
Katekeh = Semut ireng = Ant species
Katuluh = Semua = All
Katupat = Ketupat = Typically rice cook wrapped with coconut leaves
Kawaiya = kaum anak-anak = Kid , Children
Kelah = habis = Washed out , Sold Out , Run Out , Finish
Kenah = Ikan = Fish
Keuni = Besok = Tomorow
Kikit = Digigit/ Gigit = Bite
Kingking = Jari tangan/kaki = Finger ( Hand or Foot )
Kining = Kening = Brow or Eye Brow
Kisuh = Lucu, nakal = Witty , Naughty
Kude = Tetapi = But
Kudit = Kulit = Skin
Kuku = Kuku = Nail
Kukut = Garuk, mengambil = Scrath to take something
Kula = keluarga = Family Hood ( even out from main family )
Kulat = Jamur = Mushroom
Kulumuai = Keong = Snail Species
Kuman = Makan = Eat
Kunu = Pikiran = Mind
Kunsi = bekerjasama, atau dagang modal bersama = Joint Venture in Bussiness
Kusi = Guci = Big Pottery
L
Laku = Minta, mohon = Asking something
Lalunang = Keong air = Snail species
Lalung = Kupu – kupu = Butterfly
Lampiran = Ayam Hutan = Wild chicken
Lapat = Kue Lapat = Typicall Cake
Lawah = Lama = Long ( time )
Lawit = Jauh = Far
Leka = Paha, bisa juga diartikan alat kelamin laki-laki/perempuan = Tight (Refer to sexual /Genitalia)
Lela = Lidah = Tongue
Lelau = Tumpul = Dull
Lenuh = Hancur = Crush/Break Down
Lepah = Lepas =
Lewu = Rumah = Home/House
Lidat = ?/ biasanya tempat yang asalnya banyak rumput dll, karena diinjak atau dilalui sesuatu sehingga menjadi bersih = ???
Ludak = ? kalau tidak salah semacam alur = ???
Luen = Lauk = Food like fish , Meat as rice compagnion
Luhaw = Sering terpakai ( istilah bagi pelacur ) = Term for Promiscuty Women
Lului = Tertinggal / Ketinggalan = Forget to bring something
Lumaah = Piring = Dish
Lunga = Bodoh = Stupid
Lupak = Terkelupas oleh api = Blister ( Caused Fire )
Luput = selesai = Finish
M
Ma = Ke (mis. "Ma lewu" = ke rumah) = To ( home , market etc )
Mabuhau = Usil; Suka mengganggu = Annoying Person
Madinei = Ringan = Light ( Opposite Heavy )
Madintang = Kuning = Yellow
Maeh = baik = Good / Nice
Mahadin = Sulit = Difficult
Mahanang = Sakit = Hurt
Maharati = Pintar, bijaksana = Wise
Maharung = Duduk = sit
Mahi = Tidak ada = Nothing
Mahilak = putih = White
Makuta = Makanan = Food
Malaing = Panas = Hot ( like fire , sun burn )
Maleh = Org yang Kebal senjata penuh wibawa = Wise or gracefully person
Malelap = Bernyala = Light up
Malu = Apa-apa = Hope there is nothing “happen on you”
Mama = Om, paman = Uncle
Mambatur = Penyemenan Kuburan Org Mati = Culture ceremony to refine funeral
Mamis = Manis = Sweet
Mammaii = Naik = Please come in
Mandre = Tidur = Sleep
Mandrus = Mandi = Take a bath
Mansi = Panci = Pot
Mantat = Mencari getah dari pohon karet, menyadap karet = To cut skin tree with special knife to take rubber liquid
Manuwu = Ganteng = Handsome
Mape = Keras, Orang yang kebal senjata = Hard , somebody who resistent with sharp knife
Mapusu = Pembohong = Lier
Marapus = ? sesuatu yang dalam ibarat, "sudah jatuh ditimpa tangga", sial = Unlucky
Marauh = Enak, nyaman = Delicious ( for food ) , comfortable ( for situation or condition )
Marengen = Tuli, tdk mendengar ( Deaf )
Mariang = Merah = Red
Marisak = Dingin = Cold
Masam = Macam = so many “variety”
Mate = Mata = Eye
Matei = Mati = Passed away , Death
Matueh = Tua = Old
Maweat = Berat = Weight
Mawinei = Cantik = Beautiful
Mawule = Malas = Lazy
Mekum = Sakit (Orang), demam = Sick or fever
Memai = Tupai = Squarell
Mesen = Memesan = To order
Midi = Memilih; Membeli = To choose or to buy
Mira = satu; Bersama-sama = Together , Unite
Mira' = Berdarah = Bloodly
Mitah = Lewat = Pass
Mua = Berbuah = Produced fruit
Muar = Benci = Hate
Mudi = Pulang = Come back / Home
Mukah = memburu = Hunting
Mulai = Mulai = Begin
Mulek = Kembali = Come back
Muneng = berdiam, tinggal = Living , Stay
Munu = Membunuh = Kill
Muser = memutar = Spin
N
Na (Ina) = Ini = This
Naaheng = yang dikehendaki = ??
Naan = Ada = Exist
Nahi = Nasi = Cooking Rice
Nangis = Menangis ( biasanya saat orang meninggal ) = Griefing
Nangkah = Melewati = Through
Natat = Halaman = Field front or back of the house
Naun = kalian = You all
Nelang = Sambil = Avocation
Nempat = Lari = Run
Neu = Mau melakukan sesuatu = want to do something
Ngaheng = Mau, Ingin = want
Ngale = Bersetubuh, berhubungan intim = Having sex
Ngandraw = Menolong orang lain spt menugal padi/ bergotong royong menugal/menuai padi diladang, mengajak misalnya " samula sa hanyu nganrau dahulu, waleh ku jua" = Helping for each other in society
Ngandrei = menunggu = Wait
Ngantara = Mencari = To search
Nganyu = Memberikan = To give
Nganyuh = Menugal / Menanam Padi, membawa/mengajak orang banyak = To cultive rice together ( with many people )
Ngatu = Bersenggama/ Bersetubuh, bisa juga memukul seseorang mis." ware ngatu dahulu hingka sa atu ulun tulat" = Make Love
Ngiak = Menangis = Crying out loud
Ngikup = Memeluk = Hug
Ngirep = Menekan = Pushing
Ngudit = mengelupas kulit ( Kayu, Binatang ) seperti Kulit Ipung = Peeling
Ngulah = membuat = To do or to make something
Ngume = Berladang/ Bersawah = To cultivate in rice paddy field
Nguta = Makan = Eat
Ngaret= membiarkan, tidak makan/minum karena bencana/ melarat, berpuasa = Fasting
Nini = Nenek = Grandma
Ninung = Melihat = To see
Nua = Muntah = Throw up / Vomit
Numa = ? alangkah, bukan main = Amazing
Nungkau = Menangis = Crying out loud
Nunrak = membuang /menumpahkan, mengeluarkan biaya dengan tak berguna, mis: "nunrak ongkos" = Unefficient in using money ( Wasting Money )
Nyalak = Menombak = To spear up
Nyandrengei = mendengar = Listening
O
Odew = Mengingat masa lalu : Remember the memory
Odoi = Ayunan = Craddle
Omo = menyusu : Breast feed
Opo = Laki – laki : Male
P
Pahe'ei = Takut = Scare / Afraid
Pahu = Pipi = Cheek
Paikah = Bekantan = Typicall Borneo Monkey
Paiuh = Tidak boleh: Dilarang : Not allow
Pakat= kehendak, tujuan mira pakat = Satu kehendak, satu tujuan : Will / Goal – Mira pakat = One Goal
Pakataru = tidak mengerti = don’t undestand
Palanuk = Kancil ; Pelanduk = Mouse deer
Palupihing = pelipis =
Panalu = Bertemu = Meet
Pangarawah = Saling tolong menolong. = Helping each other
Pangasungu = Saling melepas kerinduan = Missing each other
Pangataru= saling mengenal = To Know each other
Pangkan = Bibit = Seed
Papale = Bahu = Shoulder
Papat = Empat ( biasanya , kalau empat=epat, kalau papat = semacam doa untuk minta sesuatu) = Four
Paramisi = Permisi = Excuse Me
Parei = Padi = Paddy
Pata'u = Tidak bisa = Cannot
Patei = Bunuh = Kill
Pauweng = Tidak ada = Nothing
Peda = Bosan = Boring
Pedak = Lempar = Throw
Pe'e = Kaki = Foot
Pe'et = Pahat (alat untuk menyadap karet) =Tool like Chisel to get out rubber from ruber tree
Penah = Tengah ("penah andrau" = tengah hari) = Middle day
Perei = Libur = Holiday
Pesen = Pesan = Message
Piadu = Kawin = Married
Pisampang = Kujukan = ??
Pitu = Tujuh = Seven
Piwaraan = Pemberitahuan, undangan = Invitation
Puang = Tidak = No
Pukung = Sarang = Nest
Pulaksanai = Saudara Kandung = Brother & sister in on Blood
Punei = Burung Punai = Bird species
Pungung = Tubuh bagian Belakang = Back
Pupuk = Pukul = Smash , Pounch
Purat = Borok = Boil , Ulcer
Purun = Tega, sampai hati = How could you
Q
R
Ra'ang = Dagu = Chin
Ra'erai = Sendiri = Alone
Rahat = Selagi =When
Ra'i = Dahi; Jidat = Eye Brow
Rakan = Rebus = Boiling
Rakun = Awan = Cloud
Rama = Banyak = Lot
Ranu = Air = Water
Rapui = Gila = Crazy
Rarang = Larang, mahal = Expensive
Rarimut = Tersenyum = Smile
Rasa = Tahu = Know ( I know )
Rawek = Ribut = Hectic
Rengei = Dengar = Listen
Ridu = Ribut = Noise
Ri'et = Dekat = Near
Rintung = Ribut Sekali = Very Noise
Riran = Guna = Use
Risak = Dingin = Cold
Rueh = dua = Two
Rumis = Kecil = Small or Little
Ruyan = Durian = The King of fruit
Rurup = mau padam = ??
Rupuh = habis mati = ??
S
Sabak = Keadaan rumah yang berantakan = Messy House
Sabil = orang mati terbunuh = ??
Sadi = Dahulu (mis. "hingka sadi" = dari dahulu) = Past
Sadi = Jaman Dulu = In the past
Sadina = Bersembunyi ( sanina, sunina ) = Hiding
Sana'i = Usus = Intestine
Sanang = Senang = Happy
Sangku = Waskom = Basin
Sansingut = Kumis = Moustache
Sasameh = Sama-sama = You are welcome or Same with you
Siding = Terbang = Fly
Sika = 1) Tetap = Consistent
2) Karena (Elah ni sika here jua nginam ni) = Because
3) Memang (Sika sa bujur eau here ru) : Obsolutly
4) Ya (Sika sa umaya eau nu) = yes
5) Memang betul (sika sa sika kala eau nu yeru) = That’s true
Silu = Telinga = Ear
Simulu = Kutu Busuk = Stingky bug
Singa = Sehingga = Till
Sini = Mau, hendak =Want to
Siuk = Cium = Kiss
Siwui = Tiup = Blow
Suei = Sembilan = Nine
suyat = Burung pipit( kalau burung pipit= angkarei, kalau suyat = burung kepodang ) = Bird Species
T
Tabe = Salam jabat tangan = Regard
Tabentur = Telanjang/ Tanpa pakaian = Naked
Tabing = Alat penangkap ikan = Tool for catch fish
Tabat = bendung = Dam
Tabuk = Gali = Diggin out
Taduh = Berhenti = Stop
Tadi = Tali = String
Taguh = Kebal = Resistent ( with Sharp Knife
Tahalang = Menghalangi = Obstacle
Tahurup = Membantu, tertukar = Exchange
Takam = Kita = Us or We
Takang = Keadaan Kram, ( tidak bisa bergerak karena terkejut dll seperti dihipnotis ) = Cramp ( Abdominal Cramp )
Talau = Kalah =
Tamam = Hebat = Wonderful , Great
Tamelahan = Tempat Busur Sumpit /anak sumpit = ??
Tamaku = Tembakau = Tobacco
Tampalak = Menghambar pendapat org lain, berbicara terus terang = Straight Foward
Tamparah = Membuat titian antara dua pohon kayu = Bridge between 2 wood
Tampeleng = Menempeleng = To Pouch
Tamparing = Menyisihkan = To select
Tanan = Ditinggalkan = Leave behind
Tane = Tanah = Soil
Tangkuraran = Burung Tangkuraran = Bird species
Tantulu = Mendiamkan anak yang sedang menagis
Tapen = Suapkan
Tareh; Tarueh = Kita Berdua = Both of us
Tariah = Pingsan = Kolaps
Tariuk = Tiruk ; alat penombak ikan = Traditional tool for catch the fish , spear
Tasilis = Tertukar = Exchange
Tata = Kakak = Old brother
Tataw = Kaya = Rich
Ta'u = Bisa = can ( to do something )
Taumpe = Terbuang = Waste/ Abandon
Taulang = Tulang = Bone
Tawang = Sesat = Lost
tawelek = Sebentar saja = just for a while / for a minute
Tawen = Keracunan = Intoxicated
Tawut = lempar = Throw
Tedup = Tepuk = Clap ( hand )
Teka = Dari = From
Telu = Tiga = Three
Teken = Tandatangani = Sign
Tenga = Tubuh, Badan = Body
Tetei = Titian = Simple Bridge
Tuak = Minuman Keras dari air Tapai ( Ketan/ Ketela Pohon ) = Alcohol water made from fermented rice or cassava
Tueh = Kakak orang tua kita, burung ponggok = Our father old brother
Tukun = Palu; Tukul = Hammer
Tulau = Pikun = Dementia
Tumpa = Simpangan; Belokan = Cross , Turn
Tumpi = kue terbuat dari tepung ketan = Traditional cake made from sticky rice flour
Tumpuk = Kampung = Village
Tungkeh = Tongkat = Paddle
Tungui = Menangis = Cry
Tuntuulu = Kaki ke atas/ Kepala ke bawah = ??
Tutu = Tante = Aunt
Tu'u = Sungguh = Really
Tuwari = Saudara sepupu = Cousin
U
Uat = Otot, urat = Muscle
Uar = Zat Pewarna untuk Perahu;Jala = Fish Net
Ubat = Obat = Drug
Udau = Igau = Talking dream
Udar = Konotasi Mengganggu org lain, memperkosa = Rape
Udak = Mengaduk = Stir
Udi = Perintah supaya Pulang = Order to back home
Udut = Rokok = Ciggaret
Udul = Pasta Gigi = Tooth paste
Ue = bunyi org muntah = Vomit sound
Ueek = Bunyi suara babi = Pig sound
Uei = Rotan = Rattan
Uga = Yang melakukan pertama = First timer
Ugai = Siap - siap mau berangkat = Ready to go
Uges = Memotong dengan keras ; menyabet = To cut something with harsh way
Uging = Keras kepala = Stubborn
Uhet = Mati Lemas = Anoxia
Uhang = Lama ; kadaluarsa = Xpired
Uhh'ar = Menghantam org lain dengan semena – mena = Barbarous
Uit = Mengangkat panci/ wajan dari dapur/ tungku/ kompor = To pick up Frying Pan
Ujur = Klarifikasi = Clarification
Uka = Buka = Open up
Ukur = Ukur = Measure
Ukir = Ngukir = Carve
Ulun = Orang = People
Uma = Ikut = Joint with
Umpe = Buang = Waste
Umpu = Cucu = Grand child
Unjat = Mengunjat = ??
Uneng = Tinggal = Stay
Unengan = Tempat Tinggal = My Residence ( Home )
Unsip = pohon yang kulitnya bisa dibuat tali (?) = ??
Unte = Lambat = Slow
Utang = Hutang = Debt
Upan = Umpan = Bait
Upau = Sia-sia = Futile , Waste
Upu = Laki – laki = Male
Uran = Hujan = Rain
Uras = Semua = All
Urung = Hidung = Nose
Using=kucing = Cat
Usu = Bohong = Lie
Utus = Turunan = Offspring
Uwan = Uban = White hair
Uyuh = Capek = Tired or Exhausted
V
W
Wadi = Ikan yang difermentasi dengan tepung beras ketan yang disangrai = Fermented Fish with sticky rice
Wadik = Berubah ; Balik = Change into
Wahai = Banyak = Much , Many , Lot
Wajik = Kue Wajik = Wajik cake ( Sticky Rice with Coconut Milk plus Palm Sugar )
Wakai = Batang tumbuhan menjalar = ??
Walang = Tidak Berbuah = No Fruit
Walu = Delapan = Eight
Waluu = Janda/Duda = Widow
Waman = Bamban =??
Wanahan = Pekarangan = Yard
Wangi = Basi = Stale , Spoil ( Expired Food )
Wangun = Keadaan = Condition
wara = Beritahu = To tell
Waraa = Acara Wara ( Keg Agama Hindu Kaharingan upacara keagamaan ) = Typicall traditional ceremony
Ware = Lebih baik (mis. "Ware takam mudi = Lebih baik kita pulang"); Sembuh = Better than ..... or Cure
Wa'u = Baru = New
Watang = Batang = Shaft
Wawahiyang = Bintang = Star
Wawai = Hilang = Lost / Missing something
Wawei = Perempuan, wanita = Female , Woman , Girl
Wawui = Babi hutan = Swine or Wild Pig
Wawurup = Api yang besar nyalanya = ??
Wayuang = Beruang = Bear
Waye = Bara Api = Hot Coal
Weruk = Beruk = Monkey
Weru = Bosan = Boring
Weweh = Pukul, memukul = Pounching
Widi = Beli = Buy
Widai = Bidai
Wisik = Semut = Ant
Wising = Kenyang = Full belly
Wiwi = Bibir = Lips
Wiyuang = lihat Wayuang
Wu'ah = Buaya = crocodile
Wuah = Kena
Wuhak = Mengeluarkan sesuatu dari dalam tabung = To get out something from the tube
Wulai = Picak = Blind
Wui = Cuci = Washing
Wu'i = Ruas/Buku = Book
Wuket = Ingus = Snivel , Snot , Mucus
Wulu = Rambut = hair
Wunu = Bunuh = Kill
Wutu = Alat kelamin lelaki - Penis
Wungun = menunggu = Waiting
Wungkur = Tanah yang mendaki = ??
Wunut = Selimut = Blanket
Wuntung = perut = Belly
Wure = Busa = Sponge
Wuwu = Perangkap ikan = Fish trap
Wuyaka = Belut = Eel
X
Y
Yaya (Mannyan Banua Lima) = Tante lebih muda dari ayah/ibu = Your father younger sister
Yina (ina) = Ini (mis. "hindra yina = kali ini) = This
Yiru = Itu = that
Yiti = ini = this
Z
Maanyan – Indonesia - English
A
Ada = Jangan = Not
Adiau = Orang yang sudah mati ( oleh orang Dayak roh orang yang sudah mati, yang hidup didunia lain) = spirit from person who passed away
Aheng = Kemauan = Willingness
Alimatek = Lintah = Lechess
Amah / ambah = Ayah = Father
Ammai = Naik / masuk = Please , come in
Amangan = Malu = Embarassing
Amau = Atas, Panjang = High, Upper / Long
Amedeh = Berak = Defecation
Ameput = Kentut – Flatuss / Fart
Ami = Beri (kan) = To give
Amini = Kencing = Miction or Pee
Amput = terikut. = ??
Amun = Kalau = If
Andrau = Hari = Day
Ang = Tidak / tak mau = No / I don’t want to
Angidadakai = Tidak Karuan, omong kosong = Chaos /Bullshit
Angkading = berbaring = Lay down
Angkeng = tersangkut = ??
Ani = Adik = Young brother/ Sister
Anipe = Ular = Snake
Anri = Dengan = With
Antahu = Anjing = Dog
Arai = Senang/ Bahagia = Happy
Ari = Jual, tiang rumah =Selling , House Pillar
Ariai = Baru saja = Not so long
Atei = Hati = Liver
B
Babulur = Tidak pakai baju = Topless
Babur = Berkelahi = Fight
Babujur= Serius = Serious
Babutuk = Ikan atau daging yang dibusukkan dan diolah jadi lauk makanan = Rotten fat fish mixed with many herbs
Badina = Disimpan utk tdk diketahui org lain = keep this secretly
Bahum = Kehendak = Willing
Bakulaling = Mata-kaki = Talus
Balai = Rumah khusus tempat berkumpul orang banyak = A place for peope who discuss everithing that relation with dayak maanyan culture
Balar = Bekas pukul, memar = Brushes / spot on the skin after somebody pounching you
Bane = bambu kecil berisi nasi ketan ( biasanya utk sesajen ) = Sticky rice cook in little bambo. Use as sacrifice in cultural ceremony
Bangat = Sakit Parah, Nakal, terlalu = Too ( Too bad , Too sick )
Bapaner = berbicara = Talking
Basurah (lih. Surah) = Bercakap-cakap, berbicara = Conversation / Chit chat
Bere = Kotor = Dirty
Budas = Sama-sekali; ("Ada budas = jangan sama sekali) = Don’t do something absolutly
Bungul = Goblok = Stupid
Budu = bodoh = Retard
Bujang = Laki - laki / Perempuan yang belum menikah = Bachelor
Bujur = Benar; Tepat = Correctly / Exactly / Right
Busu (Maanyan Banua Lima) = Om, paman yang termuda = Uncle ( Younger than your father /Mother )
Butit = Sedikit = Just a litte
Bariran = berguna = Useful
C
Cucur = Kue Cucur – Tipikal fried cake
Cuit = Burung Cuit – Bird species
D
Dainun (daganan inun) = Karena apa = What for / Cause what
Dami = Sesudah ("dami wuntung wising" = sesudah perut kenyang) = After
Darangan = Suami/ Istri kita = Our life partner , wife or husband
Daup = Ipar lelaki (dipanggil oleh laki-laki); Brother in Law
Dawari = Saudara ( sepupu sekali/duakali dst ) ( kalau saudara = pulaksanaai/biasanya satu ayah/ibu, atau panggilan kemesraan terhadap teman) = Sister or brother one blood or not , word of politeness
Daya = Karena = Because of
Dime = Lima = Five
Dipen = Gigi = Teeth
Diung = Leher = Neck
Dueh = kakak orang tua kita/kalau dueh upu=paman, dueh wawei=tante ) = Our father old brother/sister (women or men )
Dapung= tangkain tempat buah ( dapung maliti ) = Bunch / Rod
E
Ebang = Keterlaluan = Execrable
Edeh = Tai/Kotoran = Stool
Ekat = Hanya, itu saja = Just that , The only
Elah = Biarkan = Let
Elat = Sayap = Wing
Eleh = Terus, selalu = Always
Enat = Angkat = Lift it up
Enem = Enam = Six
Eput = Kentut = Flatus / Fart
Ereh = Tahi = Stool
Eyau = Ujar; "Eyau ni = Ujarnya" = His/ Her point of view / Comment
Emah=terkejut = Suprise / Shocking
F
G
Gagah = Gagah/kuat/rajin bekerja = Diligent / Strong & Diligent
Gaha = Sering, banyak = Frequently , Often
Galas = Gelas = Cup for drink
Galis = Habis = Washed of , Finish
Gamungan = Pembicaraan, percakapan = Conversation
Ganta = Datang bertamu = Please Be My Guest
Gansang= sering kali = Very Frequently
Gatah = Karet = Rubber
Gugup = Gugup = Nervous
Gaguduh = Semacam pisang goreng atau pun cempedak = Traditional cake made from banana /cempedak & flour
Gagaur=pesiar, jalan-jalan = Traveling or Looking around
Gagayap=jalan-jalan ( cenderung tanpa tujuan tertentu) = Just looking around without clear destination
Gagabau= bohong, jangan berdusta, jangan main-main = Please don’t lie . dont make fun with
Gaguel=sedikit lagi akan copot/putus, mis. gigi yang mau copot dsb
= Almost Off
H
Halus = Kecil = Little / Tiny
Hamen = Ingin, mau, cinta ( aku hamen hanyu= aku cinta padamu ) = want , like or Love ( You )
Hamian = Kapan = When
Hanang = Sakit = Hurt
Hang awe = Sejak Kapan = When
Hanien = Tadi = Just Now
Hante = Besar = Big
Hanye = Dia, ia (lk/prp) = He or She
Hanyu = Kamu, Anda = You
Haut = Sudah = After ( Luch , drink , sleep etc )
Hayu = Ayo, ya = Come on !!
Heei = Berani = Brave
Hene = banyak = Many/ Much / Lot of ( So Many / So Much )
Here = Mereka = They
Hiai = Ya, iya = Yes
Hiku = Siku = Elbow
Hindra = se- Kali, ("Ang milih hindra yena" = tidak memilih kali ini) = One time
Hingka = Dari: "Hingka awe? = Dari mana?" = From
Hingkamalem = Tadi malam = Last Night
Hingkariwe = Kemarin = Yesterday
Hiye = Siapa = Who
Hu'ai = duri = Spine
Huni = tadi = Just Now
Hurut = sisir = Comb
Huruk = ikat = Tie it up
Hurup = tukar, ganti = Exchange / Replacing
I
Ibaya = Bersama = To be with
Ijamme = Acara Adat warga Ma'anyan ( IJAMBE ) membakar tulang yang dalam kepercayaan orang Dayak untuk mengantar arwah ke surga ( semacam Ngaben di Bali ) = One type of second funeral ( dayak maanyan ) tradition
Ikebur = Berkipas = Use Fan
Ina = ini. = This
Ineh = ibu = Mother
Inun = Apa, bagaimana = How
Ipapas = Menyapu = Clean up using broom
Ipusu = Berbohong = Lie
Ira = Darah = Blood
Iru ('ru) = Itu = That
Isa = Satu ISA TAKEWAN ISA SUPAK = "walaupun kita tercerai berai tetapi kita tetap satu tujuan" = One
Isip = Kerak Nasi = Burn rice in the bottom of pot
Itak = Nenek, nini = Grand ma
Itati = Saat ini, sekarang = Today
Itetei = melalui, dengan perantaraan = Trough
Itung = Ingat = Remember
Iwaleh = Membalas = To give it back , Revenge or to fight it back
Iwan = Ipar perempuan = Sister in law
Iwek = Babi piaraan = Domestic Pig
Iya (lih. kawaiya) = anak = Kid , Children
Iyuh = Dapat, bisa = aku iyuh – I can
J
Jaka = Andai = If / wish
Jama = Tangkap = Catch
Jangut = Jenggot = Beard
Jangkau = Menjangkau = To put hand out
Jari = Jadi = To be , Become
Jipah = Jerat = Trap made from nylon or wire ( for animal )
Jukan= semacan bakul tapi pakai tali biasanya tempat membawa padi, atau sesuatu ( Traditional bag for bringin paddy )
Jukung = Perahu dayung = Little boat only for 1 or 2 person )
Juking = Kelokan Sungai = River Curve
Jumpun = Hutan = Wood or Jungle
Jumput = Menjumput, mengambil = To take , To bring
Jupe = Daun kayu bila kena sangat gatal = Jupe is Itchy Leaves
Jurang = Padi sisa tuaian = Scrap Paddy
Ju'un = Mendorong = To push
Jue = burung merak / kuau = Bird species
Junreng = bersandar, bergelayut pada teman = Clinging to
Jujung = menjunjung, membawa sesuatu di atas kepala = to bring something on the top of the head
Jurit = sudah suratan, takdir = destiny / fate
K
Kaanre (dari "kai mandre"; lih. Mandre) = Mau tidur = want to sleep
Kaayat = pagi = Morning
Kadinung = Melihat = To see
Kahaba : Mendapatkan = To find
Kahima'en = Gelar = Title
Kai = Mau, hendak ("kai babur" = mau berkelahi) = “Ready” to Fight
Kairu = begitu = see ( I see )
Kaiyuh = Mendapatkan ( To find )
Kajut = Terlalu = Too ( sweet , salty etc )
Kakah = kakek; = Grandpa
Kakihi = Tertawa = Laugh
Kakuring = Hjjau = Green
Kala = Seperti = Look Like
Kamalem = Malam = Evening
Kansip =- Kancip = ???
Kapinuu = sesungguhnya = In Real /Trully
Kapit = Bawah/Di bawah = Under
Karawah = Tolong = Help
Karengei (lih. Rengei) = Mendengar = Listen
Karewaw = Kerbau = Bull
Kariwe = Sore = Afternoon
Karereu = tergesa-gesa, mau cepat saja = In rush
Karuan = Lusa = Two day ahead
Kasungu = Kangen = Missing
Katantuluh = emua = All
Katekeh = Semut ireng = Ant species
Katuluh = Semua = All
Katupat = Ketupat = Typically rice cook wrapped with coconut leaves
Kawaiya = kaum anak-anak = Kid , Children
Kelah = habis = Washed out , Sold Out , Run Out , Finish
Kenah = Ikan = Fish
Keuni = Besok = Tomorow
Kikit = Digigit/ Gigit = Bite
Kingking = Jari tangan/kaki = Finger ( Hand or Foot )
Kining = Kening = Brow or Eye Brow
Kisuh = Lucu, nakal = Witty , Naughty
Kude = Tetapi = But
Kudit = Kulit = Skin
Kuku = Kuku = Nail
Kukut = Garuk, mengambil = Scrath to take something
Kula = keluarga = Family Hood ( even out from main family )
Kulat = Jamur = Mushroom
Kulumuai = Keong = Snail Species
Kuman = Makan = Eat
Kunu = Pikiran = Mind
Kunsi = bekerjasama, atau dagang modal bersama = Joint Venture in Bussiness
Kusi = Guci = Big Pottery
L
Laku = Minta, mohon = Asking something
Lalunang = Keong air = Snail species
Lalung = Kupu – kupu = Butterfly
Lampiran = Ayam Hutan = Wild chicken
Lapat = Kue Lapat = Typicall Cake
Lawah = Lama = Long ( time )
Lawit = Jauh = Far
Leka = Paha, bisa juga diartikan alat kelamin laki-laki/perempuan = Tight (Refer to sexual /Genitalia)
Lela = Lidah = Tongue
Lelau = Tumpul = Dull
Lenuh = Hancur = Crush/Break Down
Lepah = Lepas =
Lewu = Rumah = Home/House
Lidat = ?/ biasanya tempat yang asalnya banyak rumput dll, karena diinjak atau dilalui sesuatu sehingga menjadi bersih = ???
Ludak = ? kalau tidak salah semacam alur = ???
Luen = Lauk = Food like fish , Meat as rice compagnion
Luhaw = Sering terpakai ( istilah bagi pelacur ) = Term for Promiscuty Women
Lului = Tertinggal / Ketinggalan = Forget to bring something
Lumaah = Piring = Dish
Lunga = Bodoh = Stupid
Lupak = Terkelupas oleh api = Blister ( Caused Fire )
Luput = selesai = Finish
M
Ma = Ke (mis. "Ma lewu" = ke rumah) = To ( home , market etc )
Mabuhau = Usil; Suka mengganggu = Annoying Person
Madinei = Ringan = Light ( Opposite Heavy )
Madintang = Kuning = Yellow
Maeh = baik = Good / Nice
Mahadin = Sulit = Difficult
Mahanang = Sakit = Hurt
Maharati = Pintar, bijaksana = Wise
Maharung = Duduk = sit
Mahi = Tidak ada = Nothing
Mahilak = putih = White
Makuta = Makanan = Food
Malaing = Panas = Hot ( like fire , sun burn )
Maleh = Org yang Kebal senjata penuh wibawa = Wise or gracefully person
Malelap = Bernyala = Light up
Malu = Apa-apa = Hope there is nothing “happen on you”
Mama = Om, paman = Uncle
Mambatur = Penyemenan Kuburan Org Mati = Culture ceremony to refine funeral
Mamis = Manis = Sweet
Mammaii = Naik = Please come in
Mandre = Tidur = Sleep
Mandrus = Mandi = Take a bath
Mansi = Panci = Pot
Mantat = Mencari getah dari pohon karet, menyadap karet = To cut skin tree with special knife to take rubber liquid
Manuwu = Ganteng = Handsome
Mape = Keras, Orang yang kebal senjata = Hard , somebody who resistent with sharp knife
Mapusu = Pembohong = Lier
Marapus = ? sesuatu yang dalam ibarat, "sudah jatuh ditimpa tangga", sial = Unlucky
Marauh = Enak, nyaman = Delicious ( for food ) , comfortable ( for situation or condition )
Marengen = Tuli, tdk mendengar ( Deaf )
Mariang = Merah = Red
Marisak = Dingin = Cold
Masam = Macam = so many “variety”
Mate = Mata = Eye
Matei = Mati = Passed away , Death
Matueh = Tua = Old
Maweat = Berat = Weight
Mawinei = Cantik = Beautiful
Mawule = Malas = Lazy
Mekum = Sakit (Orang), demam = Sick or fever
Memai = Tupai = Squarell
Mesen = Memesan = To order
Midi = Memilih; Membeli = To choose or to buy
Mira = satu; Bersama-sama = Together , Unite
Mira' = Berdarah = Bloodly
Mitah = Lewat = Pass
Mua = Berbuah = Produced fruit
Muar = Benci = Hate
Mudi = Pulang = Come back / Home
Mukah = memburu = Hunting
Mulai = Mulai = Begin
Mulek = Kembali = Come back
Muneng = berdiam, tinggal = Living , Stay
Munu = Membunuh = Kill
Muser = memutar = Spin
N
Na (Ina) = Ini = This
Naaheng = yang dikehendaki = ??
Naan = Ada = Exist
Nahi = Nasi = Cooking Rice
Nangis = Menangis ( biasanya saat orang meninggal ) = Griefing
Nangkah = Melewati = Through
Natat = Halaman = Field front or back of the house
Naun = kalian = You all
Nelang = Sambil = Avocation
Nempat = Lari = Run
Neu = Mau melakukan sesuatu = want to do something
Ngaheng = Mau, Ingin = want
Ngale = Bersetubuh, berhubungan intim = Having sex
Ngandraw = Menolong orang lain spt menugal padi/ bergotong royong menugal/menuai padi diladang, mengajak misalnya " samula sa hanyu nganrau dahulu, waleh ku jua" = Helping for each other in society
Ngandrei = menunggu = Wait
Ngantara = Mencari = To search
Nganyu = Memberikan = To give
Nganyuh = Menugal / Menanam Padi, membawa/mengajak orang banyak = To cultive rice together ( with many people )
Ngatu = Bersenggama/ Bersetubuh, bisa juga memukul seseorang mis." ware ngatu dahulu hingka sa atu ulun tulat" = Make Love
Ngiak = Menangis = Crying out loud
Ngikup = Memeluk = Hug
Ngirep = Menekan = Pushing
Ngudit = mengelupas kulit ( Kayu, Binatang ) seperti Kulit Ipung = Peeling
Ngulah = membuat = To do or to make something
Ngume = Berladang/ Bersawah = To cultivate in rice paddy field
Nguta = Makan = Eat
Ngaret= membiarkan, tidak makan/minum karena bencana/ melarat, berpuasa = Fasting
Nini = Nenek = Grandma
Ninung = Melihat = To see
Nua = Muntah = Throw up / Vomit
Numa = ? alangkah, bukan main = Amazing
Nungkau = Menangis = Crying out loud
Nunrak = membuang /menumpahkan, mengeluarkan biaya dengan tak berguna, mis: "nunrak ongkos" = Unefficient in using money ( Wasting Money )
Nyalak = Menombak = To spear up
Nyandrengei = mendengar = Listening
O
Odew = Mengingat masa lalu : Remember the memory
Odoi = Ayunan = Craddle
Omo = menyusu : Breast feed
Opo = Laki – laki : Male
P
Pahe'ei = Takut = Scare / Afraid
Pahu = Pipi = Cheek
Paikah = Bekantan = Typicall Borneo Monkey
Paiuh = Tidak boleh: Dilarang : Not allow
Pakat= kehendak, tujuan mira pakat = Satu kehendak, satu tujuan : Will / Goal – Mira pakat = One Goal
Pakataru = tidak mengerti = don’t undestand
Palanuk = Kancil ; Pelanduk = Mouse deer
Palupihing = pelipis =
Panalu = Bertemu = Meet
Pangarawah = Saling tolong menolong. = Helping each other
Pangasungu = Saling melepas kerinduan = Missing each other
Pangataru= saling mengenal = To Know each other
Pangkan = Bibit = Seed
Papale = Bahu = Shoulder
Papat = Empat ( biasanya , kalau empat=epat, kalau papat = semacam doa untuk minta sesuatu) = Four
Paramisi = Permisi = Excuse Me
Parei = Padi = Paddy
Pata'u = Tidak bisa = Cannot
Patei = Bunuh = Kill
Pauweng = Tidak ada = Nothing
Peda = Bosan = Boring
Pedak = Lempar = Throw
Pe'e = Kaki = Foot
Pe'et = Pahat (alat untuk menyadap karet) =Tool like Chisel to get out rubber from ruber tree
Penah = Tengah ("penah andrau" = tengah hari) = Middle day
Perei = Libur = Holiday
Pesen = Pesan = Message
Piadu = Kawin = Married
Pisampang = Kujukan = ??
Pitu = Tujuh = Seven
Piwaraan = Pemberitahuan, undangan = Invitation
Puang = Tidak = No
Pukung = Sarang = Nest
Pulaksanai = Saudara Kandung = Brother & sister in on Blood
Punei = Burung Punai = Bird species
Pungung = Tubuh bagian Belakang = Back
Pupuk = Pukul = Smash , Pounch
Purat = Borok = Boil , Ulcer
Purun = Tega, sampai hati = How could you
Q
R
Ra'ang = Dagu = Chin
Ra'erai = Sendiri = Alone
Rahat = Selagi =When
Ra'i = Dahi; Jidat = Eye Brow
Rakan = Rebus = Boiling
Rakun = Awan = Cloud
Rama = Banyak = Lot
Ranu = Air = Water
Rapui = Gila = Crazy
Rarang = Larang, mahal = Expensive
Rarimut = Tersenyum = Smile
Rasa = Tahu = Know ( I know )
Rawek = Ribut = Hectic
Rengei = Dengar = Listen
Ridu = Ribut = Noise
Ri'et = Dekat = Near
Rintung = Ribut Sekali = Very Noise
Riran = Guna = Use
Risak = Dingin = Cold
Rueh = dua = Two
Rumis = Kecil = Small or Little
Ruyan = Durian = The King of fruit
Rurup = mau padam = ??
Rupuh = habis mati = ??
S
Sabak = Keadaan rumah yang berantakan = Messy House
Sabil = orang mati terbunuh = ??
Sadi = Dahulu (mis. "hingka sadi" = dari dahulu) = Past
Sadi = Jaman Dulu = In the past
Sadina = Bersembunyi ( sanina, sunina ) = Hiding
Sana'i = Usus = Intestine
Sanang = Senang = Happy
Sangku = Waskom = Basin
Sansingut = Kumis = Moustache
Sasameh = Sama-sama = You are welcome or Same with you
Siding = Terbang = Fly
Sika = 1) Tetap = Consistent
2) Karena (Elah ni sika here jua nginam ni) = Because
3) Memang (Sika sa bujur eau here ru) : Obsolutly
4) Ya (Sika sa umaya eau nu) = yes
5) Memang betul (sika sa sika kala eau nu yeru) = That’s true
Silu = Telinga = Ear
Simulu = Kutu Busuk = Stingky bug
Singa = Sehingga = Till
Sini = Mau, hendak =Want to
Siuk = Cium = Kiss
Siwui = Tiup = Blow
Suei = Sembilan = Nine
suyat = Burung pipit( kalau burung pipit= angkarei, kalau suyat = burung kepodang ) = Bird Species
T
Tabe = Salam jabat tangan = Regard
Tabentur = Telanjang/ Tanpa pakaian = Naked
Tabing = Alat penangkap ikan = Tool for catch fish
Tabat = bendung = Dam
Tabuk = Gali = Diggin out
Taduh = Berhenti = Stop
Tadi = Tali = String
Taguh = Kebal = Resistent ( with Sharp Knife
Tahalang = Menghalangi = Obstacle
Tahurup = Membantu, tertukar = Exchange
Takam = Kita = Us or We
Takang = Keadaan Kram, ( tidak bisa bergerak karena terkejut dll seperti dihipnotis ) = Cramp ( Abdominal Cramp )
Talau = Kalah =
Tamam = Hebat = Wonderful , Great
Tamelahan = Tempat Busur Sumpit /anak sumpit = ??
Tamaku = Tembakau = Tobacco
Tampalak = Menghambar pendapat org lain, berbicara terus terang = Straight Foward
Tamparah = Membuat titian antara dua pohon kayu = Bridge between 2 wood
Tampeleng = Menempeleng = To Pouch
Tamparing = Menyisihkan = To select
Tanan = Ditinggalkan = Leave behind
Tane = Tanah = Soil
Tangkuraran = Burung Tangkuraran = Bird species
Tantulu = Mendiamkan anak yang sedang menagis
Tapen = Suapkan
Tareh; Tarueh = Kita Berdua = Both of us
Tariah = Pingsan = Kolaps
Tariuk = Tiruk ; alat penombak ikan = Traditional tool for catch the fish , spear
Tasilis = Tertukar = Exchange
Tata = Kakak = Old brother
Tataw = Kaya = Rich
Ta'u = Bisa = can ( to do something )
Taumpe = Terbuang = Waste/ Abandon
Taulang = Tulang = Bone
Tawang = Sesat = Lost
tawelek = Sebentar saja = just for a while / for a minute
Tawen = Keracunan = Intoxicated
Tawut = lempar = Throw
Tedup = Tepuk = Clap ( hand )
Teka = Dari = From
Telu = Tiga = Three
Teken = Tandatangani = Sign
Tenga = Tubuh, Badan = Body
Tetei = Titian = Simple Bridge
Tuak = Minuman Keras dari air Tapai ( Ketan/ Ketela Pohon ) = Alcohol water made from fermented rice or cassava
Tueh = Kakak orang tua kita, burung ponggok = Our father old brother
Tukun = Palu; Tukul = Hammer
Tulau = Pikun = Dementia
Tumpa = Simpangan; Belokan = Cross , Turn
Tumpi = kue terbuat dari tepung ketan = Traditional cake made from sticky rice flour
Tumpuk = Kampung = Village
Tungkeh = Tongkat = Paddle
Tungui = Menangis = Cry
Tuntuulu = Kaki ke atas/ Kepala ke bawah = ??
Tutu = Tante = Aunt
Tu'u = Sungguh = Really
Tuwari = Saudara sepupu = Cousin
U
Uat = Otot, urat = Muscle
Uar = Zat Pewarna untuk Perahu;Jala = Fish Net
Ubat = Obat = Drug
Udau = Igau = Talking dream
Udar = Konotasi Mengganggu org lain, memperkosa = Rape
Udak = Mengaduk = Stir
Udi = Perintah supaya Pulang = Order to back home
Udut = Rokok = Ciggaret
Udul = Pasta Gigi = Tooth paste
Ue = bunyi org muntah = Vomit sound
Ueek = Bunyi suara babi = Pig sound
Uei = Rotan = Rattan
Uga = Yang melakukan pertama = First timer
Ugai = Siap - siap mau berangkat = Ready to go
Uges = Memotong dengan keras ; menyabet = To cut something with harsh way
Uging = Keras kepala = Stubborn
Uhet = Mati Lemas = Anoxia
Uhang = Lama ; kadaluarsa = Xpired
Uhh'ar = Menghantam org lain dengan semena – mena = Barbarous
Uit = Mengangkat panci/ wajan dari dapur/ tungku/ kompor = To pick up Frying Pan
Ujur = Klarifikasi = Clarification
Uka = Buka = Open up
Ukur = Ukur = Measure
Ukir = Ngukir = Carve
Ulun = Orang = People
Uma = Ikut = Joint with
Umpe = Buang = Waste
Umpu = Cucu = Grand child
Unjat = Mengunjat = ??
Uneng = Tinggal = Stay
Unengan = Tempat Tinggal = My Residence ( Home )
Unsip = pohon yang kulitnya bisa dibuat tali (?) = ??
Unte = Lambat = Slow
Utang = Hutang = Debt
Upan = Umpan = Bait
Upau = Sia-sia = Futile , Waste
Upu = Laki – laki = Male
Uran = Hujan = Rain
Uras = Semua = All
Urung = Hidung = Nose
Using=kucing = Cat
Usu = Bohong = Lie
Utus = Turunan = Offspring
Uwan = Uban = White hair
Uyuh = Capek = Tired or Exhausted
V
W
Wadi = Ikan yang difermentasi dengan tepung beras ketan yang disangrai = Fermented Fish with sticky rice
Wadik = Berubah ; Balik = Change into
Wahai = Banyak = Much , Many , Lot
Wajik = Kue Wajik = Wajik cake ( Sticky Rice with Coconut Milk plus Palm Sugar )
Wakai = Batang tumbuhan menjalar = ??
Walang = Tidak Berbuah = No Fruit
Walu = Delapan = Eight
Waluu = Janda/Duda = Widow
Waman = Bamban =??
Wanahan = Pekarangan = Yard
Wangi = Basi = Stale , Spoil ( Expired Food )
Wangun = Keadaan = Condition
wara = Beritahu = To tell
Waraa = Acara Wara ( Keg Agama Hindu Kaharingan upacara keagamaan ) = Typicall traditional ceremony
Ware = Lebih baik (mis. "Ware takam mudi = Lebih baik kita pulang"); Sembuh = Better than ..... or Cure
Wa'u = Baru = New
Watang = Batang = Shaft
Wawahiyang = Bintang = Star
Wawai = Hilang = Lost / Missing something
Wawei = Perempuan, wanita = Female , Woman , Girl
Wawui = Babi hutan = Swine or Wild Pig
Wawurup = Api yang besar nyalanya = ??
Wayuang = Beruang = Bear
Waye = Bara Api = Hot Coal
Weruk = Beruk = Monkey
Weru = Bosan = Boring
Weweh = Pukul, memukul = Pounching
Widi = Beli = Buy
Widai = Bidai
Wisik = Semut = Ant
Wising = Kenyang = Full belly
Wiwi = Bibir = Lips
Wiyuang = lihat Wayuang
Wu'ah = Buaya = crocodile
Wuah = Kena
Wuhak = Mengeluarkan sesuatu dari dalam tabung = To get out something from the tube
Wulai = Picak = Blind
Wui = Cuci = Washing
Wu'i = Ruas/Buku = Book
Wuket = Ingus = Snivel , Snot , Mucus
Wulu = Rambut = hair
Wunu = Bunuh = Kill
Wutu = Alat kelamin lelaki - Penis
Wungun = menunggu = Waiting
Wungkur = Tanah yang mendaki = ??
Wunut = Selimut = Blanket
Wuntung = perut = Belly
Wure = Busa = Sponge
Wuwu = Perangkap ikan = Fish trap
Wuyaka = Belut = Eel
X
Y
Yaya (Mannyan Banua Lima) = Tante lebih muda dari ayah/ibu = Your father younger sister
Yina (ina) = Ini (mis. "hindra yina = kali ini) = This
Yiru = Itu = that
Yiti = ini = this
Z
Langganan:
Postingan (Atom)